Ku hubungi pembicara karena ku sie acara... Surat bertanda tangan ku siapkan, karena ku adalah sie kesekretariatan... Mobil, motor, bus, kereta, taxi... Akulah transportasi Pinjam handicam, kamera kesana-kemari... Akulah sie dokumentasi. Otot kawat balung wesi... perlengkapan siap beraksi
Jutaan uang harus dicariii.... Dana berjuang untuk mencari... 4 sehat 5 sempurna... sie konsumsi ahlinya. mengatur dana demi acara... Bendahara kan selalu berusaha Bertanggungjawab memimpin kami semua... ketua ada di sana.
Wahai panitia, mulailah dengan bismillah... Akhiri dg alhamdulillah... Niatkan untuk ibadah... Insya Allah sukses tanpa celah... Penulis : Satria Baja Hitam (Staff Divisi Jurnalistik)
Hari senin merupakan hari pertamaku menginjakkan kaki di atas tanah seluas 35.000 hektar untuk melaksanakan kewajibanku menuntut ilmu, yang akan menjumpai banyak orang dengan karakter berbeda, latar belakang berbeda, dan pola berpikir yang berbeda pula. Hidup di era sekarang yang segala akses kehidupan mudah terjangkau baik bagi kalangan anak-anak, remaja, orang tua, dan juga pelajar sampai dengan pekerja telah memberikan dampak terhadap moral, cita-cita, dan tashawur (pola pandang) kita-yang notebenenya adalah muslim- tentang hidup dan kehidupan. Ini bukanlah penyataan semata melainkan fakta korespondensi. Salah satu contoh pengalaman yang saya alami sendiri di bangku kuliah. Manakala seorang teman perempuan berjumpa denganku lalu meminta maaf karena waktu itu adalah moment lebaran, "taqoballahu minna wa minkum minal a'idin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin ya frend ya!"ucapnya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Taqobalallahu ya Karim, sama-sama aku juga "jawabku sambil menutupkan kedua telapak tanganku menghindari uluran jabatan tangannya. Tiba-tiba ia tertegun dan timbalnya "wah, sentiment banget loe! Waktunya bermaafan malah ndak mau, gimana kamu ini to?" Dengan intonasi kejawaan yang agak tinggi. Sekali itu kubiarkan laksana angin berlalu tanpa aku timpali, karena ilmu din yang telah kuketahui, kuterdiam saja sambil bergumam dalam hati. Kejadian serupapun aku jumpai kembali, akupun bersikap sama seperti itu namun penilaian temanku berbeda "kamu itu orangnya agamis diajak jabat tangan saja tidak mau,gimana ntar kalau kamu sudah menjadi dokter, pasienmu perempuan tidak mau diajak jabat tangan tidak laku kamu ntarr?" katanya dengan suara lantang. Seketika itu juga aku sedikit aku jelaskan padanya sembari hatiku berdoa "ya Allah tambahkanlah kesabaranku dan moga Allah berikan hidayah-Nya, karena sebatas itulah pemahamannya."
Untuk membenarkan perbuatannya-jabat tangan terhadap lawan jenis, mereka mengemukakan banyak dalih, yang pada dasarnya tidak dibenarkan dalam agama bahkan hanya menurut pandangan dan ilmu pengetahuan mereka sendiri. Inilah realita, ku jumpai dengan bermacam asumsi yang menurut mereka ini adalah hal yang lazim dalam pergaulan bahkan dapat memalingkan gejolak nafsu dan mengekangnya, menurunkannya pikiran negative dan meredakannya..., dan dari sinilah muncullah banyak pertanyaan yang membuatku untuk berfikir. Padahal antara pemuda-pemudi normalnya terkadang masing-masing merasakan timbulnya dorongan pada dirinya untuk mengungkapakan perasaan hatinya terhadap yang lain dengan sentuhan atau jabat tangan..., kemudian ngobrol, lalu janjian trus kencan,... dan bagaimana selanjutnya jika syetan telah menguasai pikirannya...?
Kemudian apakah kita tahu yang sekarang kuliah di kedokteran besok hari menjadi seorang dokter? Kalau sesudah menjadi dokter apakah dengan kita berjabat tangan dengan pasien perempuan menjamin praktek kita laris bak obralan yang selalu diserbu pembeli? Oleh karenanya aku teringat pada sebuah buku karangan Syekh Dr.Nasih Ulwan tentang "tantangan diri sendiri lebih berat dari segala tantangan macam tantangan krisis moral yang dihadapi yaitu mengikutnya hawa nafsu kita dan menyambut dengan patuh bujukan-bujukan nafsu amarahnya."
Dan mungkin sulit bagi kita untuk berfikir tentang kesucian jiwa manakala disana-sini terompet iblis yang menyeru "Mari penuhilah hasratmu, kalian masih dalam masa puber, maka nikamtilah hidup ini seperti para pemuda lainnya yang mempunyai teman gandengan tangan kamapun pergi!"
Hari demi hari, akhirnya perihal tentang diriku menyebar dikalangan teman-teman. Dan ternyata betul ada beberapa temanku yang sengaja menemuiku untuk memperoleh realitanya. Merekapun menyalamiku dan mengulurkan tangannya, kubalas salamnya, namun kutahan tanganku tak kubiarkan ia menyentuh wanita yang aku tidak diperbolehkan menyentuhnya. Kemudian temanku bertanya, "mengapa kau tidak mau diajak jabat tangan?" kujawab sekedarnya belum kujelaskan sebenarnya. Kemudian temanku berkata terus terang maksud kedatangan mereka hanya untuk mengklarifikasi tentang diriku. Karena temanku terus terang akupun sedikit tersenyum dalam hati mungkin ini kesempatanku tuk menjelaskan pada mereka agar ini menjadi hujjah saya dihadapan Allah Subhanallahu Wata'aala yang tiada yang dapat menolong kecuali amal kita didunia (diantaranya).
Akhirnya, aku hanya bisa berdoa kepada Allah. Ya.... Allah tambahkanlah kasabaran hambamu ini dan ampunilah teman-teman hamba atas pengetahuan mereka yang telah menjadi korban globalisasi musuh-Mu dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ya... Allah bukakanlah hati-hati mereka terhadap kebenara, dan berilah mereka petunjuk-Mu, karena Engkaulah Maha pemberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki .
Dan akupun percaya bawasannya Allah tidak akan memberi beban diluar batas kemampuan kita, jika lulus dari ujian tersebut maka Allah akan meninggikan satu derajat lebih tinggi dan semoga kita dimasukkan ke dalam golongan yang terpilih bersama orang terbaik yang pernah ada dimuka bumi ini yaitu Rasulullah . Serta ambillah hikmah dari setiap peristiwa karena hikmah itu merupakan harta kaum muslim yang hilang.
Jika kita sejenak mengingat peradaban Islam di masa lalu pastinya kita akan berdecak kagum betapa banyaknya ilmuwan muslim pada saat itu yang ikut andil dalam kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah kemajuan di bidang ilmu kedokteran misalnya saja Ibnu Sina, karya terbesarnya adalah Qanun Fi al Thibb (ensiklopedi kedokteran terbesar dalam sejarah sampe sekarang). Abu Ali al Hasan bin al Haytami, beliau adalah seorang dokter yang konsen di bidang optic, menemukan kaca mata dan teori bahwa benda bisa dilihat karena benda tersebut memantulkan cahaya, kemudian mata mempunyai kemampuan luar biasa membedakan warna. Dan yang patut kita teladani adalah bahwa ternyata selain mereka ahli dibidang ilmu pengetahuan, mereka juga ahli di bidang agama.
Pada zaman dahulu Al-Quran menjadi akar peradaban Islam yang sangat maju, karena sebenarnya ilmu pengetahuan merupakan salah satu pengejawantahan kitabullah. Tau ga sich… ternyata sebelum Ibnu Sina diangkat menjadi dokter istana ketika berusia 15 tahun, beliau telah menghafal Al-Quran dan menguasai ilmu hadist dalam usia kanak kanaknya...SubhanAllah.. Keren banget khan...
Seiring dengan waktu yang terus berjalan, peradaban yang dibangun beratus ratus tahun runtuh perlahan lahan. Lihat saja kondisi umat Islam saat ini, begitu banyaknya ummat islam yang mempunyai akidah dan akhlak yang lemah yang melenceng dari Al-Quran dan Sunnah Rasul. Seperti budaya Westernisasi yang kian lama menjadi trendsetter, terus keracunan' pembaharuan 'pemikiran Islam berupa sekularisasi, rasionalisasi, dan liberalisasi. Maka dari itu untuk membangun Peradaban Islam yang berjaya kita harus bangkit dan berjuang secara berjamaah untuk menegakkan Peradaban Islam di bumi ini dengan cara kita harus lebih sensitive terhadap jatuh bangunnya peradaban islamdan mulailah memahami kondisi serta problematika ummat islam masa kini, dan yang lebih penting adalah memahami konsep konsep Peradaban Islam (beribadah kepada ALLAH dan mengajak orang lain untuk beribadah kepada ALLAH).
Kebangkitan Islam yang kontemporer adalah tidak hanya bermodalkan semangat, ungkapan verbal, dan slogan, melainkan kebangkitan yang benar benar di dasarkan pada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Walaupun tidak di ragukan bahwa kebangkitan Islam di kalangan para pemuda mempunyai kelebihan dan keseriusan, namun ada beberapa kritik yang mungkin bisa menjadikan kita motivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi diataranya :
Kedangkalan Studi Islam dan Syariatnya hal ini disebabkan karena mempelajari islam secara ortodidak.
Tidak mengakui kebenaran pendapat orang lain Sibuk dengan masalah masalah sampingan dan mengabaikan yang pokok misalnya saja para pemuda aktivis terlampau meyibukkan diri pada masalah masalah yang tidak prinsipil dan tidak memberikan perhatian yang memadai pada masalah masalah besar yang berhubungan dengan eksistensi dan masa depan umat.
Berdialog dengan cara yang kasar dan keras Cenderung mempersulit persoalan, dalam pendirian dan sikap keberagamaan, berwawasan agama sempit, tidak menyukai keringanan (rukhsah) menolak fatwa fatwa ulama fikih yang memberikan keleluasaan praktek hukum, bahkan bersikap dalam batas batas tertentu bersikap ekstrem dam pemikiran dan perilakunya bersikukuh dalam pendirian dan sikap keberagamaan, berwawasan agama sempit, tidak menyukai keringanan (rukhsah) menolak fatwa fatwa ulama fikih yang memberikan keleluasaan praktek hukum, bahkan bersikap dalam batas batas tertentu bersikap ekstrem dam pemikiran dan perilakunya
Kebangkitan memang tak seharusnya dilawan tetapi harus diarahkan. Indikator yang sangat jelas adalah keinginan kuat untuk kembali kepada fitrah. Dalam kondisi apapun dan bagaimanapun kita harus tetap konsisten dan berkomitmen kepada Islam. Untuk menuju kebangkitan Islam, maka kita sebagai pemuda pemudi Islam dapat berfikir lebih kritis, terbuka dan dinamis agar nantinya bisa mempersiapkan generasi khairu ummah yaitu dengan memperkuat iman dan taqwa kita kepada ALLAH dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi yang insyaALLAH bermanfaat untuk kemajuan ummat Islam.
Mahasiswi FK Unissula 2005 Referensi : Catatan Sejarah Peradaban Islam.
Mereka yang Menganggap bahwa Darwinisme Bukan Ancaman Adalah Keliru
Siapa yang tidak mengenal Sir Charles Darwin???. Jawabnya, hampir seluruh masyarakat di belahan dunia manapun mengetahuinya, bahkan di buku-buku sejarah anak SD pun nama ilmuwan ini membahana bersama teori "Evolusi" yang Ia cetuskan pada abad ke 19 itu. Suatu prestasi yang kerenkah ini??? Sampai saat inipun masih harus dipertanyakan.
Kita tentu sudah tak asing lagi bahkan familiar sekali dengan teori "Evolusi" Charles Darwin ini. Teori yang mengatakan bahwa "Manusia berasal dari Kera". Entah bagaimana si Darwin ini bisa menyimpulkan teori sedemikian rupa. Tapi yang jelas, Teori yang diungkapkan pada abad ke 19 ini menjadi sangat fenomenal bahkan sampai sekarang. Wuiih, tak terbayang kalau kamu percaya dengan teori ini..."Manusia berasal dari Kera".... Coba kita pikir pakai logika dan akal sehat saja, kita aja dibilang mirip monyet udah sewot-sewot, terus Adik kecil Balita yang masih imut-imutnya diejek temen se-TK mirip kera aja udah nangis-nangis, karena tidak terimanya. Lalu kenapa kita yang konon sudah mengenyam bangku kuliah di kedokteran masih percaya dengan teori ini????. Ini tidak benar. Teori ini tidak benar. Sudah nyata-nyata Allah SWT menjelaskan tentang penciptaan manusia di dalam kitab sucinya Al Quran : Al-Baqarah ayat 30, Ali Imran ayat 6, Al Hajj : 5, Al mukminun :12-14, Al Sajdah : 8-9, Faathir : 11.
Tuh kan, tidak ada bagian manapun yang menyatakan bahwa kita ini keturunan Kera. Kera ya Kera. Manusia ya manusia. Kalau kita masih membenarkan teori "Evolusi" dari Charles Darwin. Rugiiiii... Secara, hari gini gitu loh.
Sayangnya, dengan Lahirnya Teori Evolusi dari Darwin ini, melahirkan kaum Darwinisme dan Evolusionis yang mana mereka adalah pendukung penuh Teori Evolusi Darwin ini. Masalahnya adalah sampai saat ini kaum-kaum ini masuk di wilayah pendidikan, yang mana di negeri barat sana, jika mereka tidak menerima teori ini dan percaya kepada ALLAH SWT maka karir merekapun dihambat, dan diboikot. Kalu mereka mau sukses dan terus berkembang, maka mereka harus tutup mata dan tutup telinga serta menjadi pendukung penuh Teori ini. Yang berbau kebenaran semua dibuat kabur. Dengan menunjukan fosil-fosil palsu dan segala macam yang menyatakan bahwa teori Evolusi ini seakan-akan benar keabsahannya, Padahal, ini nyata-nyata pembodohan massal. Nah, sekarang tugas kita sebagai generasi muda masa kini, adalah meluruskan kebenaran kepada generasi akan datang bahwa teori ini tidak benar. Sebab kebenaran harus ditegakkan.3^3
Kontribusi : EVELIN A.P. LAMBUNG Mahasiswi FK Unissula 2004
“Apakah Manusia sekarang memang benar-benar telah 'modern'?
Bukankah tingkah laku manusia sekarang ini banyak yang 'kuno', bahkan lebih rendah daripada binatang?
Bahkan seekor anjing sekalipun tidak ada yang homoseksual. Akan tetapi manusia zaman sekarang yang katanya 'modern', 'demokratis', dan 'beradab' justru menjadi banyak yang gay dan lesbi. Homoseksual telah menjadi hal yang lazim di alam modern.Di Amerika, kaum homoseksual semakin banyak anggotanya dan berkembang pesat. Mereka membentuk komunitas tersendiri. Suatu ketika, kaum homoseksual mungkin akan punya wilayah sendiri dan presiden sendiri. Cerita tentang kaum homoseksual zaman nabi Luth tampaknya akan terulang lagi. Apakah hal ini bisa dikatakan modern?”
Hati siapa yang tak miris, mendengar negerinya menyandang predikat Negara Terkorup. Hati siapa yang tak pilu, melihat jutaan rakyat kelaparan sementara beberapa penguasa dengan lahap menyantap makanan hasil korupsi. Sangat wajar jika rakyat tidak terima dengan keadaan seperti ini. Sangat wajar jika begitu banyak mahasiswa yang memberontak, berdemo, menghujat pemimpin yang telah melakukan korupsi. Namun, sangat disayangkan jika hal tersebut hanya di bibir saja.
Sudahkah mahasiswa mengerti, memahami kemudian melaksanakan harapan masyarakat yang telah disematkan pada dirinya ? Sudahkah mahasiswa memahami bahwa dirinya merupakan agent of change, agent of intellectual dan agent of social control ? Sebuah pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh hati nurani, pikiran serta perbuatan yang kongkrit dan positif.
Disadari atau tidak, praktik korupsi di lingkungan kampus sudah sering dijumpai pada diri beberapa mahasiswa. Misalkan saja kasus pemalsuan tanda tangan atau sering disebut dengan ”titip absen”. Sering kita jumpai teman kita, atau bahkan diri kita sendiri pun pernah melakukan hal tersebut. Mungkin kita bisa saja berdalih, hal tersebut bukanlah korupsi. Akan tetapi tetap saja yang namanya korupsi itu adalah tindakan pemalsuan, pembohongan yang merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Sebagai agent of change, seharusnya mahasiswa berani melakukan perubahan pada dirinya terlebih dahulu. Tentunya melakukan perubahan ke arah positif, misal; berani untuk jujur pada dirinya sendiri.Sebagai agent of intellectual, tentu mahasiswa sangat paham bahwa pemalsuan tanda tangan merupakan hal yang melanggar syara’. Sebagai agent of social control bagi pemerintah dan masyarakat, alangkah baiknya jika mahasiswa terlebih dahulu memiliki kontrol diri atau kepribadian yang baik.
Bangsa ini sangat mengharapkan generasi yang jujur, yang mampu melakukan introspeksi pada dirinya sendiri. Sehingga tidak terjebak pada kemunafikan semu, yakni tidak ada kesamaan antara kata dan perbuatan. Hendaknya ini dapat dijadikan renungan bagi kita semua dan bagi penulis sendiri tentunya. . (Ukhti 2007)
Keberhasilan Indonesia meraih “Medali Demokrasi” menjadi berita utama di halaman muka sejumlah media cetak di Tanah Air. Harian Republika menulis, medali tersebut diberikan oleh IAPC (Asosiasi Internasional Konsultan Politik)sebuah organisasi profesi yang memperjuangkan demokrasi di seluruh duniakarena Indonesia merupakan negara pertama berpenduduk mayoritas Muslim yang dinilai melakukan proses demokrasi dengan sungguh-sungguh. Ketua Komite Konferensi Dunia IAPC ke-40, Pri Sulisto, di Nusa Dua, Bali (12/11), mengatakan, bukti bahwa Indonesia berhasil mengembangkan dan mempraktikkan demokrasi adalah suksesnya penyelenggaraan Pemilu 2004 yang mengantarkan SBYdari parpol yang baru terbentukmenjadi presiden. (Republika, 12/11/07).
Pemilu yang demokratis tentu tidak bisa dijadikan ukuran suksesnya sebuah negara, apalagi jika dikaitkan dengan persoalan kemakmuran warga negaranya. Berdasarkan laporan penelitian Guru Besar Ilmu Politik University of California, Los Angeles (UCLA) Michael Ross, yang diberi judul, “Is Democracy Good for the Poor?” Pemerintahan yang demokratis terbukti tidak mendorong perbaikan kesejahteraan kaum termiskin. Setidaknya itulah yang terjadi di 169 negara dalam kurun waktu 1970-2000.
Demokrasi identik dengan jargon “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”. Secara teoretis memang demikian. Justru di sinilah pangkal persoalan demokrasi, khususnya jika dilihat dari sudut pandang ajaran Islam yang hanya mengakui “kedaulatan Ada Pada Hukum Syariah”. Dalam demokrasi, rakyat (manusia) diberi kewenangan penuh untuk membuat hukum, termasuk membuat hukum yang bertentangan dengan syariah. Inilah yang terjadi di negara-negara yang menerapkan demokrasi, termasuk Indonesia. Padahal dalam Islam, hanya Allah yang berhak menetapkan hukum. Allah befriman : Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik."(QS an-An'am : 57), yakni dengan memberikan kewenangan kepada penguasa (khalifah) untuk mengadopsi hukum dari al-Quran dan as-Sunnah, dengan didasarkan pada ijtihad yang benar. Adapun secara praktis, kedaulatan rakyat sebetulnya hanyalah 'lipstik'. Faktanya, di Indonesia sendiri, yang berdaulat bukanlah rakyat, tetapi para elit wakil rakyat, termasuk elit penguasa, yang bahkan sering dipengaruhi oleh kepentingan para pemilik modal dan negara-negara asing. Tidak aneh jika banyak UU atau keputusan yang merupakan produk lembaga wakil rakyat (DPR) maupun Presiden -yang juga langsung dipilih oleh rakyat- sering bertabrakan dengan kemauan rakyat. Betapa sering kebijakan Pemerintah yang diamini para wakil rakyat justru didemo oleh rakyat sendiri.
Salah satu produk demokrasi ialah kebebasan berpendapat. Olehkarena itu dampak buruk akibat kebebasan berpendapat ialah muncul ide-ide kufur seperti pendapat yang mengatakan bahwa syariah Islam jika diterapkan, akan mengancam keutuhan NKRI, menimbulkan disintegrasi, dll. Syariah Islam tidak pantas diterapkan di Indonesia karena masyarakatnya tidak beragaman Islam semua, Syariat Islam sudah kuno, Indonesia bukan negara Islam dsb. Mereka yang berpendapat demikian, yang jelas-jelas melecehkan Islam, juga dibiarkan dengan alasan KEBEBASAN PENDAPAT. Mereka dibiarkan menghina hukum-hukum Allah tanpa pernah bisa diajukan ke pengadilan.
"Sebesar-besar keuntungan di dunia adalah menyibukkan dirimu setiap pada aktivitas yang akan memberikan manfaat paling banyak di hari akhir. Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian; karena menyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari allah dan hari akhir, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya"(Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
Segala yang ada didunia ini berjalan. Bumi dan seluruh isi alam semesta ini bergerak bahkan atom unsur dari sebuah benda juga terus bergerak karena bahkan hidup hanya bisa disambung dengan gerak. Imam syafi'i dalam pembukaan syairnya menulis, "berpergianlah, kamu pasti akan pengganti apa yang kamu tinggalkan. Berusaha keraslah, karena kenikmatan hidup ada pada usaha keras."
Segala kebesaran hidup ini dibangun orang-orang yang biasa bergerak. Karena jasa orang-orang yang bergerak itulah hidup ini terus punya dinamika. Di dunia dakwah, para dai dan para aktifis pergerakan yang tidak pernah diam. Mereka tidak henti-hentinya membimbing masyarakat dan menysun strategi, bagaimana agama ini semakin kokoh. Allah sendiri menjelaskan, bahwa bergerak dalam hidup tidak hanya untuk berperang, tapi juga mengadakan perjalanan di muka bumi untuk kegiatan positif apa aja. ”hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang yang kafir, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau berperang: 'kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah kita tidak akan mati dan tidak dibunuh.” (QS Ali-Imran:156)
Kita tidak boleh berhenti bergerak kecuali sekedar jenak-jenak yang kita perlukan untuk mengambil bekal dan istirahat. Hidup ini akan terus berdenyut. Dengan atau tanpa kita. Telalu teragis untuk tegilas dinamika hidup, lantaran kita memilih banyak diam. Banyak ragam dan ruang gerak untuk kita, sebagai muslim, sebagai Dokter, sebagai ahli hukum, pengusaha, atau sebagai apa saja berdenyutlah, bergerakah agar kita tidak mati sebelum waktumya.
Hidup ini harus bergerak. Tidak boleh diam dan berhenti dalam satu titik saja. Kita harus terus bergerak. Dari sartu kegiatan ke kegiatan lainnya. Dari satiu karya ke karya lainnya. Dari satu kebaikan ke kebaikan lainnya.Dari satu prestasi ke prestasi lainnya. Bahkan kadang, dari satu tempat ketempat lainnya. Dengan interval dan ukuran yang berimbang. ”maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lainnya, dan hanya kepada tuhanmulah kamu berharap.” (Qs. Al-insyirah : 7-8). (Pernah di muat Di Buletin Al-Haqq BAI FK Unissula)
Rabu, 2 April 2008. Hari pertama aku praktikum anatomi dan hari pertama aku berjumpa dengan Cadaver. Deg-deggan, yaa itulah yang aku rasakan pada saat itu. Setelah diadakan pree test, aku dan kelompokko mendengarkan penjelasan dari kakak-kakak asisten dan langsung dihadapkan oleh cadaver.
Selintas aku teringat akan kematian. Kematian adalah hal yang akan terjadi dan pasti terjadi pada diri kita. Tidak ada seorang pun diantara kita yang tau, kapan, di mana dan bagaimanakah kematian akan terjadi pada kita. Dan setelah mati, kita tak berdaya, tak berarti apa-apa. Hanya amal ibadah kita yang akan menolong kita.
Sebagai seorang muslim, kita tidak perlu takut akan kematian. Justru dengan kematianlah kita akan bertemu dengan Sang Pencipta kita. Nah, bagaimanakah kematian yang kalian inginkan? Pasti kita semua ingin mati dalam keadaan Khusnul Khatimah. Betul tidak?
Aku ingiiiiiin sekali, disaat aku mati nanti, aku sedang beribadah pada Allah SWT, dalam keadaan suci dan mengucap kalimat syahadat. Aku juga ingin sebelum aku mati, aku meminta ampun atas segala dosa, meminta maaf pada orang tua, meminta maaf pada teman atau orang yang pernah aku sakiti. Dan aku tidak ingin mati dalam keadaan maksiyat, di tempat yang penuh kemaksiyatan dan terhimpit utang piutang.
Mengingat, beberapa hari yang lalu usiaku bertambah satu tahun. Itu artinya jatah hidupku di dunia ini semakin berkurang. Aku ingin disisa hidupku ini, aku dapat memberikan manfaat untuk orang lain terutama untuk orang tua dan keluargaku.
Teman, apakah kalian juga menginginkan apa yang aku inginkan? Yuk, kita sama-sama introspeksi diri. Allah SWT masih memberikan waktu pada kita untuk bertaubat, beramal shalih dan berlomba-lomba melakukan kebaikan. Semoga apa yang kita lakukan selama ini mendapatkan ridha dari-Nya. Amien...