Hari senin merupakan hari pertamaku menginjakkan kaki di atas tanah seluas 35.000 hektar untuk melaksanakan kewajibanku menuntut ilmu, yang akan menjumpai banyak orang dengan karakter berbeda, latar belakang berbeda, dan pola berpikir yang berbeda pula. Hidup di era sekarang yang segala akses kehidupan mudah terjangkau baik bagi kalangan anak-anak, remaja, orang tua, dan juga pelajar sampai dengan pekerja telah memberikan dampak terhadap moral, cita-cita, dan tashawur (pola pandang) kita-yang notebenenya adalah muslim- tentang hidup dan kehidupan. Ini bukanlah penyataan semata melainkan fakta korespondensi. Salah satu contoh pengalaman yang saya alami sendiri di bangku kuliah. Manakala seorang teman perempuan berjumpa denganku lalu meminta maaf karena waktu itu adalah moment lebaran, "taqoballahu minna wa minkum minal a'idin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin ya frend ya!"ucapnya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Taqobalallahu ya Karim, sama-sama aku juga "jawabku sambil menutupkan kedua telapak tanganku menghindari uluran jabatan tangannya. Tiba-tiba ia tertegun dan timbalnya "wah, sentiment banget loe! Waktunya bermaafan malah ndak mau, gimana kamu ini to?" Dengan intonasi kejawaan yang agak tinggi. Sekali itu kubiarkan laksana angin berlalu tanpa aku timpali, karena ilmu din yang telah kuketahui, kuterdiam saja sambil bergumam dalam hati. Kejadian serupapun aku jumpai kembali, akupun bersikap sama seperti itu namun penilaian temanku berbeda "kamu itu orangnya agamis diajak jabat tangan saja tidak mau,gimana ntar kalau kamu sudah menjadi dokter, pasienmu perempuan tidak mau diajak jabat tangan tidak laku kamu ntarr?" katanya dengan suara lantang. Seketika itu juga aku sedikit aku jelaskan padanya sembari hatiku berdoa "ya Allah tambahkanlah kesabaranku dan moga Allah berikan hidayah-Nya, karena sebatas itulah pemahamannya."
Untuk membenarkan perbuatannya-jabat tangan terhadap lawan jenis, mereka mengemukakan banyak dalih, yang pada dasarnya tidak dibenarkan dalam agama bahkan hanya menurut pandangan dan ilmu pengetahuan mereka sendiri. Inilah realita, ku jumpai dengan bermacam asumsi yang menurut mereka ini adalah hal yang lazim dalam pergaulan bahkan dapat memalingkan gejolak nafsu dan mengekangnya, menurunkannya pikiran negative dan meredakannya..., dan dari sinilah muncullah banyak pertanyaan yang membuatku untuk berfikir. Padahal antara pemuda-pemudi normalnya terkadang masing-masing merasakan timbulnya dorongan pada dirinya untuk mengungkapakan perasaan hatinya terhadap yang lain dengan sentuhan atau jabat tangan..., kemudian ngobrol, lalu janjian trus kencan,... dan bagaimana selanjutnya jika syetan telah menguasai pikirannya...?
Kemudian apakah kita tahu yang sekarang kuliah di kedokteran besok hari menjadi seorang dokter? Kalau sesudah menjadi dokter apakah dengan kita berjabat tangan dengan pasien perempuan menjamin praktek kita laris bak obralan yang selalu diserbu pembeli? Oleh karenanya aku teringat pada sebuah buku karangan Syekh Dr.Nasih Ulwan tentang "tantangan diri sendiri lebih berat dari segala tantangan macam tantangan krisis moral yang dihadapi yaitu mengikutnya hawa nafsu kita dan menyambut dengan patuh bujukan-bujukan nafsu amarahnya."
Dan mungkin sulit bagi kita untuk berfikir tentang kesucian jiwa manakala disana-sini terompet iblis yang menyeru "Mari penuhilah hasratmu, kalian masih dalam masa puber, maka nikamtilah hidup ini seperti para pemuda lainnya yang mempunyai teman gandengan tangan kamapun pergi!"
Hari demi hari, akhirnya perihal tentang diriku menyebar dikalangan teman-teman. Dan ternyata betul ada beberapa temanku yang sengaja menemuiku untuk memperoleh realitanya. Merekapun menyalamiku dan mengulurkan tangannya, kubalas salamnya, namun kutahan tanganku tak kubiarkan ia menyentuh wanita yang aku tidak diperbolehkan menyentuhnya. Kemudian temanku bertanya, "mengapa kau tidak mau diajak jabat tangan?" kujawab sekedarnya belum kujelaskan sebenarnya. Kemudian temanku berkata terus terang maksud kedatangan mereka hanya untuk mengklarifikasi tentang diriku. Karena temanku terus terang akupun sedikit tersenyum dalam hati mungkin ini kesempatanku tuk menjelaskan pada mereka agar ini menjadi hujjah saya dihadapan Allah Subhanallahu Wata'aala yang tiada yang dapat menolong kecuali amal kita didunia (diantaranya).
Akhirnya, aku hanya bisa berdoa kepada Allah. Ya.... Allah tambahkanlah kasabaran hambamu ini dan ampunilah teman-teman hamba atas pengetahuan mereka yang telah menjadi korban globalisasi musuh-Mu dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ya... Allah bukakanlah hati-hati mereka terhadap kebenara, dan berilah mereka petunjuk-Mu, karena Engkaulah Maha pemberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki .
Dan akupun percaya bawasannya Allah tidak akan memberi beban diluar batas kemampuan kita, jika lulus dari ujian tersebut maka Allah akan meninggikan satu derajat lebih tinggi dan semoga kita dimasukkan ke dalam golongan yang terpilih bersama orang terbaik yang pernah ada dimuka bumi ini yaitu Rasulullah . Serta ambillah hikmah dari setiap peristiwa karena hikmah itu merupakan harta kaum muslim yang hilang.
Post a Comment