Hudzaifah.Org - Kampus merupakan salah satu miniatur masyarakat kecil. Di dalamnya terdapat anggota masyarakat yang cukup heterogen, mulai dari pedagang, karyawan, dosen, dan tentunya mahasiswa. Atau dari segi suku, di dalam kampus tentunya tidak hanya ada satu suku yang mendiaminya, ada banyak suku. Demikian pula dari segi agama, masyarakat sebagian besar kampus memiliki agama yang berbeda-beda. Heteregonitas ini mengharuskan kita agar dapat berkomunikasi dengan siapa saja sesuai dengan kapasitas siapa yang yang kita hadapi.
Di dalam Al Qur’an, Allah mengingatkan kepada seluruh manusia, apapun sukunya, apapun bangsanya, atau statusnya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujarat : 13)
Dengan kata lain, ayat diatas bisa diartikan bahwa Allah menciptakan manusia demikian heterogen bukan untuk menunjukkan suku/bangsa/status mana yang paling mulia, dan bukan untuk saling “beradu domba”. Allah meluruskan bahwa heteregonitas itu adalah agar kita saling mengenal, dan ketaqwaanlah yang menjadi barometer kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT. Dan kita tahu bahwa ketaqwaan itu hanya mungkin diraih bila seseorang itu berserah diri kepada Allah (baca: beragama Islam).
Berkaitan dengan “saling mengenal”, ada agenda tahunan yang diadakan oleh kampus, yaitu penyambutan mahasiswa baru. Ada mahasiswa baru, berarti ada proses saling perkenalan secara massal. Dan kehadiran mahasiswa baru inilah yang membedakan kampus dengan model masyarakat kecil lainnya. Kedatangan mahasiswa baru selalu ada setiap tahun, sedangkan dalam model masyarakat lainnya mungkin tidak demikian. Kehadiran mahasiswa baru umumnya disambut oleh kegiatan kampus yang biasa disebut sebagai “ospek”.
Ospek di Indonesia sudah terlanjur dikonotasikan dengan kegiatan perpeloncoan. Di dalam sebuah ospek hampir selalu ada yang namanya “mengerjai anak baru”, hukuman dan ‘penindasan’. Bahkan ada yang mencapai pada taraf benturan fisik, misalnya ketika sampai jatuhnya korban nyawa seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Ospek tersebut dilakukan dengan alasan agar mahasiswa baru lebih mengenal kampusnya, mengenal seniornya, lebih akrab, dan sebagainya. Peraturan yang sering timbul di dalam ospek adalah “1. Kakak senior selalu benar. 2. Jika kakak senior salah, maka lihat peraturan nomor satu.” Dan setelah ospek berakhir, biasanya mahasiswa baru diwajibkan membentuk kepanitiaan untuk mengadakan malam inagurasi (untuk keakraban). Tujuannya mungkin bagus untuk keakraban, tapi kenyataannya seringkali tidak lebih dari penghambur-hamburan uang dan foya-foya. Demikianlah ospek yang tidak mendidik, kadang lebih cenderung mencerminkan gaya-gaya anarkis dan militerisme. Sungguh kontradiksi dengan demo-demo mahasiswa yang seringkali bersuara “tolak militerisme dan anarkisme”.
Sebagai mahasiswa yang intelektual dan berakal sehat, harus memandang kehadiran mahasiswa baru dari sisi positifnya. Dan sebagai mahasiswa yang bermoral, kita harus memandang mahasiswa baru sebagai generasi yang harus diselamatkan, aqidahnya, ibadahnya, akhlaqnya, dan intelektualitasnya.
Kedatangan mereka yang setiap tahun ini sebenarnya memudahkan lembaga dakwah kampus untuk mengatur agenda-agendanya, terutama dalam hal usaha memberi pencerahan kepada setiap generasi (baca: dakwah untuk setiap angkatan) di kampus.
Bagi kita, mahasiswa baru bukanlah sebagai “korban baru” yang siap dikerjai. Kehadiran mereka memiliki arti positif bagi kita. Paling tidak ada beberapa point, arti pentingnya mahasiswa baru, yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa baru berarti objek dakwah baru Mungkin ini merupakan salah satu kelebihan dakwah kampus dengan wilayah dakwah lainnya. Betapa tidak, karena setiap tahun kita “dianugerahi” oleh Allah SWT ratusan bahkan ribuan objek dakwah baru. Objek dakwah baru berarti ladang dakwah baru, ladang amal. Prospek meraih pahala dan ridho-nya sangat besar di sini. Satu orang saja mendapatkan hidayah Allah SWT karena kita, maka ingatlah kabar gembira dari Rasulullah berikut ini:
“Demi Allah, barang siapa yang dengan usahanya menyebabkan Allah menurunkan hidayah maka baginya itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhori-Muslim). Dan dalam riwayat lain disebutkan : "Bila Allah memberikan hidayah pada sesorang disebabkan diri kita, maka itu lebih bagus dari dunia dan segala isinya".
Atau di hadits lain, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun" (HR. Muslim, No. 2674.)
Maka bagi mahasiswa ‘senior’ yang ingin mendapat ridho-Nya, tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan besar ini.
2. Mahasiswa baru ibaratkan tamu Setiap angkatan baru bisa diibaratkan sebagai tamu yang berkunjung. Setiap tamu yang datang tentu harus kita layani. Maka sudah barang tentu aktivitas pelayanan kepada mahasiswa baru harus digiatkan. Misalnya jika mereka membutuhkan tempat kost, tunjuki tempat kost yang bagus, yang kondusif untuk tempat tinggal, kondusif untuk belajar, kondusif untuk aqidahnya, ibadahnya, dan akhlaqnya. Jika kita punya buku kuliah yang sudah tidak terpakai lagi, mungkin bisa dipinjamkan kepada mereka. Kelak buku kuliah ini akan terus turun temurun kepada adek-adek di bawah mereka (selama kurikulumnya masih relevan). Atau jika mereka butuh modul-modul / form praktikum, biasanya kita punya contohnya yang bisa dicopy.
Tunjuki pula mereka tempat-tempat yang nyaman untuk belajar. Misalnya laboratorium, perpustakaan, acara-acara seminar yang kita adakan, dan sebagainya. Dan tentunya tunjuki mereka dimana tempat ibadah, masjid atau mushola di kampus. Ajak mereka beribadah ketika adzan berkumandang. Stiker, pembatas buku, loose leaf, dan sebagainya yang berisi nasehat-nasehat, mungkin bisa juga diberikan kepada mereka agar terus ingat. Begitulah kira-kira gambaran sekilas melayani mahasiswa baru. Masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk mereka.
Intinya, berikan mereka servis yang menarik dan menggugah jiwa agar mereka merasa “at home” dan nyaman. Selain itu berikan dorongan semangat, motivasi, petunjuk, arahan dan berbagai kemudahan dan fasilitas lainnya.
3. Mahasiswa baru berarti generasi penerus Generasi penerus menjadi perhatian besar dalam kebangkitan Islam. Karena usia dakwah ini tidak terkait dengan usia seorang manusia, dia akan terus berjalan tanpa kita atau dengan kita. Dan kita bukanlah orang yang hanya bisa menonton, menyaksikan Islam berkembang begitu saja. Kita harus punya andil, salah satunya adalah kita harus memastikan bahwa disetiap generasi ada penerus yang bisa melanjutkan dakwah ini. Hubungan antara kita dengan mahasiswa baru harus dibina dengan baik. Sebarkan salam. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang scholarship muda. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Bukan golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dari kami.”
Para nabi dan para da’i itu punya harapan besar kepada generasi penerusnya. Banyak potongan ayat di Al Qur’an yang memperlihatkan betapa mesranya hubungan mereka dengan anak-anak mereka yang nantinya akan menjadi penerus dakwah itu. Misalnya Luqman Al-Hakim yang memanggil anaknya dengan panggilan paling mesra “Ya Bunayya” kepada anaknya (QS. Luqman: 13-16-17). Begitu juga panggilan Nabi Syu`aib kepada anaknya Yusuf (QS. Yusuf : 5, 67-87). Panggilan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail (QS. Ash-Shaffaat: 102). Panggilan Nabi Nuh kepada anaknya (QS. Hud : 42). Semua memanggil generasi penerusnya dengan panggilan yang baik.
Sapaan seperti itu jauh dari kesan otoriter, sombong atau sok kuasa. Dan sapaan seperti itu lebih mencerminkan kemesraan dan hubungan psikologis yang sangat intim antara keduanya.
Jadi, sapa lah mereka dengan sapaan yang baik. Ajak mereka dalam aktivitas- aktivitas keislaman, aktivitas ilmiah, dan aktivitas reformasi, mulai dari reformasi diri sendiri agar menjadi lebih baik, hingga mereformasi negeri ini agar semakin adil dan sejahtera. Kita harus bisa mencari bibit-bibit unggul yang siap memanggul amanah suci ini, yang intelektual, dan yang siap menyuarakan kebenaran dengan lantang, walaupun itu dihadapan penguasa yang zalim. Inilah salah satu pentingnya tarbiyah di kampus.
4. Mahasiswa baru berarti akan menjadi saudara seperjuangan Masuknya mahasiswa baru, berarti akan ada penambahan baru dalam barisan dakwah. Oleh karena itu mereka adalah saudara-saudara seperjuangan. Mereka adalah saudara se-Islam, se-Iman. Hubungan antar saudara sesama muslim adalah hubungan persaudaraan yang melebihi persaudaraan lainnya. Hubungan seperti ini adalah hubungan ishlah, damai, tentram dan mesra. Allah SWT berfirman:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)
Demikianlah beberapa arti penting mahasiswa baru bagi kita. Mari kita sambut mahasiswa baru. []
Manfaat Sirih Merah dalam Pengobatan Kanker Payudara
Medicalzone.Org
ABSTRAK
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia yang menempati angka kematian dan kesakitan tertinggi. Insiden kanker payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita, dengan insiden seluruh kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat sudah dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker payudara.
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi atau radiasi. Pengobatan yang mahal dan rumit menyebabkan timbulnya keengganan para penderita kanker payudara untuk berobat.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah (Piper Crocatum) dapat menghambat proliferasi sel kanker payudara manusia (T47D). Di dalamya terkandung bahan-bahan kimia dengan khasiat tertentu yang disebut metabolit sekunder. Dimana metabolit sekunder ini, menyimpan senyawa aktif seperti flavonoid, alkoloid, terpenoid, cyanogenic, glucoside, isoprenoid dan non protein amino acid. Senyawa flavonoid dan alkoloid mempunyai sifat antineoplastik (antikanker) yang ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Oleh karena itu, sirih merah dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif kanker payudara yang lebih efektif dan efisien dengan harga yang lebih terjangkau sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyrakat luas pada umumnya.
Medicalzone.Org - Jika Anda pernah, atau sering mengalami nyeri di perut bagian atas, atau rasa kembung disertai mual-muntah, bisa jadi Anda mengidap kumpulan gejala dispepsia, atau yang lebih dikenal dengan istilah sakit maag. Sakit maag kerap dijumpai pada wanita muda, meskipun kaum pria pun tak jarang mengeluhkannya.
Secara sederhana, sakit maag ini dibedakan menjadi dua, organik dan fungsional. Sakit maag organik bila penyebab keluhan-keluhan di atas telah diketahui secara pasti melalui serangkain pemeriksaan, meliputi pemeriksaan fisik, endoskopi, foto rontgen barium enema, uji laboratorium dan sebagainya. Sebaliknya, jika tidak diketahui penyebabnya, digolongkan sakit maag fungsional.
Meski penyebab pasti sakit tukak lambung (ulkus pepticum, jenis sakit maag organik -pen), belum diketahui oleh ilmu kedokteran modern, penyebabnya diduga satu dari tiga hal, yakni:
1. Infeksi dinding lambung oleh bakteri Helicobacter pylori 2. Berkurangnya zat pelapis dinding lambung 3. Meningkatnya produksi asam lambung (HCl)
Sakit Maag dan Kewajiban Berpuasa
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban setiap orang beriman yang telah baligh dan berakal sehat. Bagi penderita sakit maag, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang dokter sebelum menjalankan ibadah puasa, agar dapat ditentukan apakah dengan sakit maag yang diderita memungkinkan untuk beribadah puasa atau tidak.
Sebagai contoh, mereka yang menderita sakit maag organik berat (ulkus pepticum) hingga kerap muntah darah, sangat tidak dianjurkan berpuasa. Berpuasa akan memperberat sakit yang diderita. Ia mendapat keringanan (rukhshoh) untuk tidak berpuasa, dan menggantinya dengan membayar fidyah.
Sebaliknya, mereka yang hanya menderita sakit maag fungsional dan tidak terlalu berat, tetap dianjurkan berpuasa ramadhan. Bahkan dalam banyak kasus yang kami tangani, puasa ramadhan yang dilakukan sesuai anjuran Sang Nabi dapat mengurangi bahkan menyembuhkan sakit yang diderita.
Menyiasati Sakit Maag Kala Berpuasa Ramadhan Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi munculnya gejala atau keluhan sakit maag kala berpuasa. Diantaranya:
1. Hindari makanan yang terlalu merangsang saat sahur dan berbuka puasa
Yang tergolong makanan yang terlalu merangsang adalah: a. Terlalu asin, seperti telur asin dan ikan asin, mie instan, makanan cepat saji, pindang bandeng dan sebagainya b. Terlalu pedas, seperti sambal dan saus botolan c. Terlalu asam, seperti pempek palembang, saus tomat dan sebagainya
2. Batasi, bahkan jika perlu berhenti merokok saat sahur dan berbuka puasa Rokok, selain berpotensi menimbulkan kanker, juga merangsang pengeluaran cairan asam lambung (HCl) yang berlebihan. Cairan yang berlebihan ini akan mengiritasi lambung, dan menimbulkan beragam keluhan sakit maag.
3. Hindari makanan yang berlemak dan bersantan saat sahur dan berbuka puasa Makanan bersantan seperti kolak, sayur lodeh perlu dihindari penderita sakit maag kala berpuasa. Makanan ini akan menimbulkan rasa kembung dan tidak nyaman di perut.
4. Konsumsi obat sakit maag sesuai petunjuk dokter Ada beragam jenis obat sakit maag yang beredar di pasaran. Sebelum mengonsumsi obat-obat sakit maag semacam ini, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Konsumsi obat sakit maag dalam jangka panjang akan menimbulkan sulit BAB (sembelit) atau diare
oleh dr. Genis Ginanjar Wahyu http://pestagagasan.blogspot.com/2010/08/menyiasati-sakit-maag-kala-berpuasa.html
Pengenalan Majelis Syura (Musyawarah dan Kontrol) “Sedikit Penjelasan Singkat Mengenai Majelis Syura”
Majelis Syura didirikan sebagai tempat berkonsultasi bagi ketua umum dan para staff BAI untuk meminta masukan dan nasihat dalam segala bidang. Majelis syura mewakili jamaah (anggota BAI dan mahasiswa FK pada umumnya) dalam melakukan muhasabah (kontrol dan koreksi) terhadap staff BAI. Didirikannya majelis syura bersandar pada aktivitas Rasulullah dalam berdakwah. Rasulullah sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan beberapa orang perwakilan dari kaum Muhajirin dan Anshar. Hal ini merupakan perlakuan khusus Rasulullah terhadap orang-orang tertentu di antara para para shahabat. Beliau lebih sering bermusyawarah kepada Abu Bakar, Umar, Hamzah, Ali, Salman al-Farisi dan Hudzaifah dibandingkan merujuk kepada shahabat-shahabat lainnya. Oleh karenanya keanggotaan majelis syura bukanlah orang sembarangan. Maka perlu adanya seleksi khusus dalam keanggotaan di dalam majelis syura. Anggota majelis syura terdiri dari orang yang mengetahui suatu permasalahan pada bidangnya. Maka sudah sepantasnya keanggotaan majelis syura ini diisi oleh orang-orang yang pernah menjabat kepengurusan BAI di tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah pada saat penunjukkan majelis syura yang diambil dari orang-orang yang merepresentasikan kaum Muhajirin dan Anshar dan para pemimpin kelompok dari keduanya.
Majelis syura memiliki tugas untuk syura (musyawarah) dan muhasabah (kontrol dan koreksi). Syura adalah meminta pendapat atau mendengarkan pendapat sebelum mengambil keputusan, sedangkan muhasabah adalah melakukan koreksi setelah keputusan diambil atau setelah kebijakan diterapkan.
Keanggotaan majelis syura berasal dari anggota BAI yang pernah menjabat pada salah satu bidang tertentu dalam struktural organisasi. Keanggotaan majelis syura bisa berasal dari kalangan laki-laki maupun perempuan. Hal ini bisa dijelaskan pada sebuah peristiwa sekitar tahun ke 13 kenabian, pernah datang kepada Rasulullah 75 orang, yang terdiri dari 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Setelah selesai melaksanakan baiat, Rasulullah bersabda kepada mereka, “Keluarkan (pilihlah) kepadaku dua belas naqib (yang berpengetahuan/ahli) dari kalian yang bertanggung jawab atas kaum mereka” Ini adalah penggalan hadis yang panjang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Kaab bin Malik. Perintah Rasul pada hadits tersebut ditujukan kepada semua kalangan (laki-laki dan perempuan), dan tidak membatasi untuk laki-laki saja. Olehkarenanya, keanggotaan majelis syura terbuka untuk laki-laki dan perempuan.
Sekiranya perlu dijelaskan sedikit penjelasan mengenai peran dan batasan pengambilan keputusan dalam jamaah organisasi dakwah. Masih banyak kekeliruan yang terjadi pada kalangan aktifis yang belum memahami batasan dan pembagian menurut klasifikasi dalam pengambilan keputusan yang sesuai sunnah.
Batasan Pengambilan Keputusan :
(1) Keputusan syariah bersifat mengikat. Tidak boleh ditolak. Yang menjadi parameter adalah kekuatan dalil, bukan mayoritas. Dalilnya ada pada perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah telah menolak pendapat mayoritas kaum Muslim dalam Perjanjian Hudaibiyah. Beliau saat itu bersabda : “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan aku sekali-kali tidak akan mengingkari perintah-Nya”. Dalam hal ini tugas majelis syura adalah mengawasi dan koreksi.
Contoh : Jika dalam syura BAI terdengar suara adzan, namun syura BAI terus dilanjutkan, atau moderator syura memberi pilihan, “Syura dilanjutkan setelah shalat, atau syura diteruskan karena nanggung?” maka amir dan seluruh pengurus BAI akan dikenakan sanksi oleh majelis syura. Karena memberikan opsi yang haram, yaitu : “shalat dulu atau syura dulu”. Meskipun mayoritas atau bahkan 100% pengurus menjawab, “shalat dulu”, maka hukumnya tetap haram, karena syariah tidak mengenal opsi semacam ini dan syariah tidak mengenal suara mayoritas. Melontarkan pertanyaan haram, maka sudah selayaknya semua pengurus akan dikenakan sanksi. (Berlaku sekiranya waktu shalat akan habis dan masuk ke waktu shalat berikutnya).
(2)Keputusan majelis syura tidak mengikat. Semua saran dan nasihat majelis syura tidak semuanya wajib diterima oleh amir. Permasalahan yang menyangkut keahlian, kriterianya adalah ketepatan atau kebenarannya, bukan suara mayoritas, olehkarenanya amir boleh menanganinya sendiri. Namun amir tetap diperbolehkan berkonsultasi kepada majelis syura dan mengambil pendapat dari majelis syura. Dalilnya ada pada perang badar. Ketika Rasulullah memilih tempat yang agak dekat dengan mata air Badar, Hubab bin al-Mundzir tidak setuju dengan pemilihan tempat tersebut. Ia lalu berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah tempat ini merupakan tempat yang Allah wahyukan, yang tidak membolehkan kita untuk memajukan atau memundurkannya atau merupakan pendapat, taktik, dan strategi perang?” Rasulullah menjawab, “Ini hanyalah pendapat, taktik, dan strategi perang saja.” Hubab berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu, ini bukan tempat yang tepat. Hendaknya engkau memerintahkan orang-orang agar pindah hingga kita sampai ke tempat yang lebih dekat dengan mata air daripada kaum Quraisy, lalu kita memilih tempat itu, kemudian kita kuras sumur-sumur yang ada di belakangnya; selanjutnya kita bangun kolam besar dan kita isi dengan air, kemudian kita memerangi kaum Quraisy sehingga kita bisa minum dan mereka tidak bisa minum.” Rasulullah pun berkata, “Sungguh, engkau telah menunjukkan pendapat yang tepat.” Lalu Rasulullah bersama orang-orang bangkit dan berjalan sampai ke tempat yang lebih dekat ke mataair daripada kaum Quraisy, lalu Beliau berhenti dan memilih tempat itu. Beliau kemudian memerintahkan agar sumur-sumur dikeringkan dan agar dibangun kolam besar di belakang tempat Beliau, lalu diisi dengan air. Selanjutnya orang-orang pun melemparkan bejana ke dalamnya.
Contoh : Dalam penerbitan majalah al-Firdaus, I-Med FULDFK, pengadaan Seminar Nasional, MMLC DEW 4, dsb. maka sudah selayaknya ditanyakan kepada yang lebih berpengalaman, yakni majelis syura untuk bidang jurnalistik, syiar, ataupun kaderisasi. Namun, kalaupun ditolak, itu tidak masalah.
(3) Keputusan diperbolehkan berdasarkan suara mayoritas. Keputusan mayoritas diperbolehkan dalam hal teknis. Dalilnya ada pada perang Uhud. Rasulullah pernah mengambil pendapat mayoritas untuk keluar dari kota Madinah guna menghadang pasukan kaum musyrik pada Perang Uhud. Padahal pendapat Beliau sendiri dan pendapat para shahabat senior justru adalah bertahan di dalam kota Madinah dan tidak keluar menghadang pasukan musuh.
Contoh : BAI akan mengadakan seminar nasional, kemudian ditentukan waktunya, hanya sampai jam 12.00, atau berakhir sampai jam 15.00, maka dalam hal ini diperbolehkan menggunakan suara mayoritas dengan beberapa pertimbangan yang kuat. Diperbolehkan menggunakan suara mayoritas karena dalam penentuan ini tidak bersentuhan dengan hukum (seperti pada poin 1) dan tidak bersentuhan kepada keahlian, pengkajian mendalam dan analisis tajam (seperti poin 2).
Majelis syura berupaya untuk bermusyawarah dan mengoreksi seluruh jajaran kepengurusan BAI agar sesuai dengan tuntunan sunnah untuk berdakwah mengembalikan kemuliaan Islam.
Beberapa bentuk perjuangan dan usaha-usaha untuk mengikuti petunjuk sunnah adalah
1. Tujuan perjuangan adalah diterapkannya syariat Islam di seluruh penjuru dunia. Penerapan syariat Islam tidak bisa tegak tanpa tegaknya Khilafah Islamiyyah.
2. Cara mencapai tujuan adalah dakwah, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar.
3. Sistem organisasi perjuangan adalah dalam bentuk sistem kepemimpinan tunggal dan bukan merupakan sistem kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan kolektif yaitu kepemimpinan di mana majelis syura berhak mengatur Amir sekehendaknya. Peran majelis syura di sini hanyalah sebatas advises, bukan command.
4. Ikatan yang mempersatukan anggota dan pengurus adalah aqidah Islamiyah.
Pergerakan dakwah, sudah selayaknya meninggalkan baju fanatik buta, dalil yang lemah, atau bahkan berpedoman tanpa dalil. Berikut beberapa aturan tambahan berkenaan dengan perjuangan organisasi
(1) Tidak diperbolehkan bagi setiap pengurus membawa simbol-simbol nasionalisme di dalam tubuh organisasi BAI.
- Tidak diperkenankan menempel bendera Palestina, bendera Indonesia, ataupun bendera dari negeri-negeri muslim lainnya pada seragam BAI. Jika ingin menempelkan bendera-bendera tersebut pada pakain, jangan tempel di seragam BAI.
- Tidak diperkenankan mengibarkan bendera Indonesia, bendera Palestina, ataupun bendera dari negeri-negeri muslim lainnya pada setiap kegiatan yang mengatasnamakan BAI. Baik di kampus maupun di luar kampus.
- Tidak diperkenankan menyanyikan lagu Indonesia Raya pada setiap kegiatan yang mengatasnamakan BAI. Baik di kampus maupun di luar kampus.
(2) Tidak diperbolehkan bagi setiap pengurus saling bermusuhan hanya karena berbeda madzhab maupun berbeda manhaj.
- Tidak diperkenankan mengatakan bahwa madzhab atau manhaj yang diikutinya adalah yang paling sesuai dengan sunnah, dan yang lainnya cacat.
- Tidak diperkenankan bagi setiap pengurus mengikuti kegiatan dari harakah apapun (aksi solidaritas, baksos, dan lain sebagainya) dengan membawa bendera atau payung organisasi BAI. Baik di dalam kampus, maupun di luar kampus. Jika ingin mengikuti kegiatan pergerakan ataupun jama’ah tertentu, maka wajib melepas identitas BAI.
(3) Tidak diperbolehkan bagi setiap pengurus berdakwah tanpa ilmu. Membuat definisi sendiri (contoh: jihad akademik) karena hal ini telah memelintir istilah jihad dari makna jihad secara syar’i ke pengertian jihad secara bahasa. Begitu juga istilah jilbab. Hari Jilbab dimaknai dengan mengenakan gamis, namun kampanye jilbab = gamis (jilbab adalah gamis) harus tetap ditanamkan kepada setiap mahasiswi FK Unissula. Memahamkan umat adalah wajib.
(4) Tidak diperkenankan bagi Amir untuk terikat hasil musyawarah majelis syura, tetapi amir berhak memilih beberapa pandangan yang diyakini lebih tepat.
(5) Tidak diperkenankan bagi setiap pengurus tidak menaati Amir selama perintah dan kebijaksanaannya tidak maksiat berdasarkan dalil yang qath’i (pasti).
(6) Amir dan anggota jama’ah wajib selalu saling mewasiati dan saling mengingatkan.
Semoga Allah memberkahi, membimbing, memberi petunjuk dan menolong perjuangan kita dalam rangka menegakkan Dien-Nya. Amiin.
Semarang, 17 Juli 2010 / 5 Sya’ban 1431
Ketua Majelis Syura
Bahan bacaan :
1. Abdullah. Manzilatu Naqib fil Islam. Ikhwanul Muslimin. Online: al-ikhwan.net
2. Abu Bakar Ba’asyir. Jamaah Ansharut Tauhid. Online: ansharuttauhid.com
3. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Ajhizah Daulah Khilafah. Hizbut Tahrir Indonesia. Online: hizbut-tahrir.or.id
Di Bulan Ramadhan yang pernuh berkah ini BAI FK UNISSULA mengadakan seminar ramadhan GRATIS, turut mengundang saudara-saudari dari Panti Asuhan. DIBUKA UNTUK UMUM.
Materi Seminar: Puasa dan Kesehatan pada : Hari Sabtu, 21 Agustus 2010 di gedung B FK UNISSULA Jam 13.30 - Maghrib
Pembicara: 1. dr. Masyhudi A. M, M. KEs (Direktur RISA) 2. Drs. Ali Bowo Tjahjoyo, M. Pd (Wakil Rektor IV UNISSULA)
Fasilitas: 1. Seminar Kit 2. Stiker menarik 3. BUKA BERSAMA GRATISS
Bagi yang ingin mendaftar segera ketik:
REG (spasi) NAMA LENGKAP (spasi) FAKULTAS kirim ke: CP:Pria (Ikhwan) : Arie (085271449160) Wanita (Akhwat): Fadhila (085641256330)
BURUAN DAFTAR TEMPAT TERBATAS DAN GRATIIIIIISSSSSSS!!!!!!!
Sebuah jam raksasa yang ditempatkan pada sebuah gedung pencakar langit mulai berdetak di kota suci Mekkah hari rabu kemarin, disaat umat Islam menunaikan puasa Ramadhan yang pertama kali. Jam tersebut menurut pemerintah Arab Saudi diharapkan akan menjadi pencatat waktu resmi bagi umat Islam di penjuru dunia.
Jam tersebut diklaim pemerintah Saudi sebagai jam terbesar di dunia karena memiliki diameter 43 meter. Letak jam tersebut tepatnya berada pada ketinggian 601 meter di lingkungan gedung pencakar langit tertinggi dan terbesar kedua di dunia, menghadap ke Masjid Al-haram As-Syarif di Mekkah.
Adapun pengaktifan jam tersebut sesuai dengan mandat Raja Abdullah bin Abdulaziz Ali Suud, tepatnya satu menit setelah pukul 00:00 dini hari kemarin.
Lebih dari 90 juta keping mosaik kaca berwarna menghiasi jam, yang memiliki empat sisi, masing-masing bertuliskan kata "Allah" besar dan dapat terlihat dari seluruh pelosok kota Mekkah.
Menara jam adalah salah satu keistimewaan dari hotel Endowment yang dibangun oleh kontraktor swasta Bin laden Group. Media setempat mengatakan proyek pembangunan menara jam tersebut menelan biaya beaya $ 3 miliar (kurang lebih Rp. 1,9 miliar). Selain menara jam, hotel tersebut juga memiliki ruangan serba luas.
Karena posisinya yang berada tepat di depan masjid Al-Haram Asy-Syarif, maka seluruh umat Islam yang berada di Mekkah dapat menyesuaikan waktu secara langsung melalui jam tersebut, tanpa harus merujuk ke waktu Greenwich. "Sepertinya jam tersebut akan menjadi ikon untuk umat Islam di penjuru dunia." kata Hasyim Adnan, penduduk Jeddah yang sering mengunjungi kota Mekah.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya memodernisasi kota Mekah yang tampak tua dan membuatnya lebih mampu melayani kebutuhan para peziarah. Sekitar 2 sampai 3,5 juta Muslim mengunjungi kota Mekah setiap tahunnya untuk melaksanakan ibadah haji sebagai persyaratan yang dilaksanakan sekali seumur hidup bagi Muslim yang berbadan sehat.
Tetapi keberadaan menara jam ternyata tidak lepas dari kritik para peziarah. Mereka mengatakan pembangunannya telah menggeser keberadaan tempat-tempat bersejarah, seperti lokasi hotel Endowment dan menara jam yang dibangun di atas tanah bekas benteng peninggalan khilafah Ustmaniyyah.
Di lain pihak, ada beberapa pengunjung yang justru kurang setuju dengan keberadaan menara jam. "Menara jam lebih tinggi dari menara Masjid Al-Haram Asy-Syarif yang tentu akan lebih mendapat perhatian daripada masjid, meskipun jelas-jelas masjid lebih penting," kata salah seorang peziarah. [muslimdaily.net]
Medicalzone.org - Makan dan minum bagi seorang muslim sebagai sarana untuk menjaga kesehatan badannya supaya bisa manegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karenanya dia berusaha agar makan dan minumnya mendapatkan pahala dari Allah. Caranya, dengan senantiasa menjaga kehalalan makanan dan minumanya serta menjaga adab-adab yang dituntunkan Islam.
Makan dan minum seorang muslim tidak sebatas aktifitas memuaskan nafsu, menghilangkang lapar dan dahaga semata. Karenanya, seorang muslim apabila tidak lapar maka dia tidak makan dan apabila tidak haus, dia tidak minum. Hal ini seperti yang diriwayatkan dari seorang sahabat,
“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“
Dari sini, maka seorang muslim dalam makan dan minumnya senantiasa memperhatikan adab Islam yang telah dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar bernilai ibadah. Dan di antara adabnya adalah tidak bernafas dan meniup minuman. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits, di antaranya dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)
Dan juga hadits Abu Sa'id al-Khudri radliyallah 'anhu, Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang untuk meniup di dalam air minum." (HR. al-Tirmidzi no. 1887 dan beliau menyahihkannya)
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan, “Larangan bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu."
Dalam Zaadul Ma'ad IV/325 Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat larangan meniup minuman karena hal itu menimbulkan bau yang tidak enak yang berasal dari mulut. Bau tidak enak ini bisa menyebabkan orang tidak mau meminumnya lebih-lebih jika orang yang meniup tadi bau mulutnya sedang berubah. Ringkasnya hal ini disebabkan nafas orang yang meniup itu akan bercampur dengan minuman. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua hal sekaligus yaitu mengambil nafas dalam wadah air minum dan meniupnya.
Apa Hikmahnya?
Apa hikmahnya, sering menjadi pertanyaan kita sebelum mengamalkannya. Padahal dalam menyikapi tuntunan Islam hanya sami'na wa atha'na (kami mendengar dan kami taat), tanpa harus terlebih dahulu mengetahui hikmahnya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin al-Khathab sesudah mencium hajar Aswad, "Sesungguhnya aku tahu engkau hanya seonggok batu yang tidak bisa menimpakan madharat dan tidak bisa mendatangkan manfaat. Kalau seandainya aku tidak melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menciummu, pasti aku tidak akan menciummu." (HR. Al-Bukhari no. 1494 dan Muslim no. 2230)
Namun yang jelas bahwa setiap yang disyariatkan dan dituntunkan oleh Islam pasti mendatangkan kebaikan dan setiap yang dilarangnya pasti mendatangkan madharat. Dan apabila seorang muslim mengetahui hikmah dari sebuah syariat, maka dia akan semakin mantap dalam mengamalkannya. Dan apabila belum mampu menyingkapnya, maka keterangan dari Al-Qur'an dan Sunnah sudah mencukupi.
Di antara hikmah larangan meniup minuman yang masih panas adalah karena nanti struktur molekul dalam air akan berubah menjadi zat asam yang membahayakan kesehatan.
alasan 1, air memiliki nama ilmiah H20. ini berarti di dalam air terdapat 2 buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen yang mana 2 atom hidrogen tersebut terikat dalam satu buah atom oksigen. Dan apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2). Dan apabila karbon dioksida (CO2) bercampur dengan air (H20), akan menjadi senyawa asam karbonat (H2CO3). Senyawa H2CO3 adalah senyawa asam yang lemah sehingga efek terhadap tubuh memang kurang berpengaruh tapi ada baiknya kalau kita mengurangi masuknya zat asam kedalam tubuh kita karena dapat membahayakan kesehatan. (Dikutip Dari : Apa Aja: Bahaya Meniup Minuman Panas Kerja Sama Dengan blog-apa-aja.blogspot.com)
alasan 2, CO2 bereaksi dengan air maka akan terjadi H2CO3 dan asam ini adalah asam karbonat bukan asam asetat . Asam karbonat meskipun bersifat asam, tetapi jenis ini juga banyak digunakan pada minuman berkarbonat seperti yang kita jumpai di berbagai jenis soft drink. Risiko bahaya yang diakibatkan oleh asam ini relatif jauh dari apa yang dituliskan pada artikel itu. Efek asam yang dihasilkan dapat terjadi jika berlangsung pada konsentrasi asam yang tinggi sehingga menghasilkan kondisi pH larutan yang rendah. Mengingat asam karbonat adalah termasuk asam lemah maka pH larutan juga tidak akan terjadi sangat rendah. Pada konsentrasi rendah, efek asam dapat terjadi jika terkena kontak terus menerus. Hal ini dapat terjadi seperti pada kasus orang yang sering mengkonsumsi minuman soft drink, maka akan ada efek pengeroposan gigi atau iritasi lambung.
Alasan yang ke-3 adalah pada saat manusia mengeluarkan udara hasil pernafasan serta mengeluarkan udara saat meniup, maka tidak hanya mengeluarkan gas hasil pernafasan saja. Mulut juga akan mengeluarkan uap air dan berbagai partikel yang ada dari dalam rongga mulut. Paling mudah dideteksi adalah nafas atau bau mulut juga sering tercium. Bau mulut ini mengindikasikan ada partikel yang juga dikeluarkan dari mulut. Partikel ini dapat berasal dari sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, selain itu dapat juga berupa mikroorganisme yang hidup di rongga mulut. Mikroorganisme ini kadang bersifat merugikan dan bersifat sebagai pathogen. Hal inilah yang harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga karena berupa partikel padatan akan dapat menempel dan mengkontaminasi pada makanan yang ditiup.
Semakin Jelas dan semakin nyata untuk menjadi orang yang ahli sunnah....... (by Antika Premi Vindasari)
Sumber : http://www.voa-islam.net/islamia/ibadah/2010/05/22/6288/larangan-meniup-minuman-dan-bahayanya/ http://iqmal.staff.ugm.ac.id/index.php/2010/06/09/alasan-dibalik-larangan-meniup-makanan-yang-masih-panas/
Eramuslim.com - “Perumpamaan orang-orang muslim beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh meresponnya dengan merasa demam.” (HR Muslim)
Penelitian modern secara intensif dan berturut-turut mengungkapkan fakta-fakta luar biasa tentang interaksi antara organ-organ tubuh manusia ketika terancam dengan bahaya seperti cedera atau sakit. Para peneliti juga menemukan strategi dan fungsional tanggapan yang diambil oleh seluruh organ-organ tubuh setiap kali satu organ mengalami cedera atau sakit, dan tanggapan ini berbeda-beda menurut sifat cedera.
Segera setelah infeksi atau cedera terjadi, pusat sensoris mulai memanggil kontrol dan pusat-pusat peringatan di hipotalamus. Hal ini pada gilirannya akan menghasilkan panggilan terhadap kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang memanggil seluruh kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon mereka, yang mendesak semua organ tubuh untuk menyelamatkan organ yang terancam. Oleh karena itu, keluhan itu nyata, dan panggilan tersebut mengandung pengertian yang hakiki, bukan suatu metaforis. Panggilan, dalam hal ini, berarti bahwa setiap bagian tubuh memanfaatkan energi untuk menyelamatkan bagian yang terancam rusak. Jantung, misalnya, mulai berdetak lebih cepat untuk membantu sirkulasi darah dan mencapai organ yang terluka.
Pada saat yang sama, pembuluh darah di organ yang terluka menglaami kontraksi, sedangkan pembuluh lain di seluruh tubuh berkembang dalam rangka untuk mengirim jumlah energi, oksigen, antibodi, hormon, dan asam amino yang diperlukan ke bagian yang cedera untuk membantu melawan infeksi atau cedera dan untuk menyembuhkan dengan cepat.
Tubuh mulai collapse, yaitu dengan memecah-belah bagian dari lemak dan protein yang tersimpan, dalam rangka untuk memberikan bantuan bagi organ yang cedera. Ia terus mengalirkan, dan ‘pengorbanan’ berlanjut hingga proses penyelamatan mereda, ketika cedera atau penyakit terkendali, dan sel-sel jaringan yang terinfeksi disembuhkan.
Panggilan dari bagian yang terluka atau terinfeksi sama persis dengan panggilan bantuan yang nyata; tempat yang terinfeksi melepaskan pulsa ke saraf sensoris dan pusat-pusat peringatan otak. Selain itu, beberapa zat kimia diproduksi bersamaan dengan tetesan darah pertama atau ketika sebuah jaringan robek. Kemudian, semua organ tubuh merespon untuk memberikan bantuan bagi organ yang terinfeksi sesuai dengan sifat cedera atau penyakit.
Apa yang disebutkan dalam hadis itu benar-benar terjadi, karena semua organ tubuh saling memanggil untuk menyelamatkan organ yang terinfeksi, dan umat Islam harus seperti itu: Ketika suatu daerah mengalami agresi apapun, maka seluruh umat harus menghubungi satu sama lain untuk memberikan bantuannya.
Anda tidak menemukan kata yang lebih akurat daripada kata tada’a (saling memanggil) untuk menggambarkan satu organ tubuh sakit. Jadi di sini ada mujizat linguistik, retorika, dan ilmiah pada waktu yang sama. Nabi Saw. mengatakan kepada kita apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh manusia tanpa perlengkapan atau peralatan, dan beliau sangat tepat dalam menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat retoris.
Yang lebih menakjubkan adalah kenyataan bahwa nama yang digunakan dokter untuk menyebut sistem saraf yang berinteraksi ketika tubuh terinfeksi atau terluka adalah: the lover, kind, and merciful (sang kekasih, baik hati, dan penuh belas kasihan), sama seperti kata-kata Nabi Saw. dalam hadis.
Medicalzone.org -Seorang dokter yang beriman haruslah me-menuhi kewajibanya terhadap Allah SWT, menyadari kebesaran Dzat-Nya, menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mematuhi-Nya, baik dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai.? Kewajiban pribadi ini menuntun dokter untuk berusaha mengobati (bukan menyembuhkan) dan mengajak pasien untuk lebih dekat dengan Sang Penyembuh, guna mendapatkan tujuan bersama, yakni kesembuhan.? Yang menyembuhkan Bukan Dokter, tapi Allah, tabib sebenarnya
Betapa banyak orang yang meyakini bahwa hanya dokter dan obatlah yang bisa menyembuhkan penyakit. Bahkan, tidak sedikit orang yang fanatik berobat hanya ke dokter tertentu, karena mereka yakin hanya dokter tersebutlah yang bisa mengobati penyakitnya. Mereka rela antre berjam-jam hanya agar bisa berobat kepada dokter tersebut. Sebaliknya, kalau dokter tersebut tidak masuk, mereka lebih memilih batal berobat di klinik atau rumah sakit tersebut.
Banyak orang yang percaya bahwa obat tertentu sangat manjur dan menyembuhkan, sekalipun harganya sangat mahal tetap dibeli. Padahal peng obatan itu bisa dimulai dari diri sendiri dan dengan biaya yang murah.
Begitulah fenomena yang terjadi di masyarakat. Mereka cenderung ?mendewakan? dokter dan ?menuhankan? obat-obatan. Padahal, berapa banyak dokter ahli jantung yang justru terkena penyakit jantung? Berapa banyak dokter ahli ginjal yang justru terkena penyakit ginjal? Berapa banyak dokter ahli yang dirinya, suami/istrinya, atau anak-anaknya terkena penyakit yang merupakan keahliannya sebagai dokter? Berapa banyak anak dokter yang meninggal dunia karena suatu penyakit, padahal fasilitas pengobatannya begitu lengkap, dan ayahnya telah berhasil menyembuhkan ratusan atau ribuan pasien?
Sebaliknya, ada orang sakit parah yang proses pengobatannya sederhana saja, namun bisa sembuh. Ada orang yang divonis oleh dokter umurnya hanya tinggal tiga bulan lagi, namun ternyata bisa sembuh dan 20 tahun kemudian masih hidup.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bukanlah dokter dan obat-obatan yang menyembuhkan suatu penyakit. Ada Dzat Yang Mahakuasa dan Maha Penyembuh. Dialah Allah SWT. Dokter hanyalah alat atau perantara untuk kesembuhan sang pasien.
dr. Briliantono M.Soenarwo, dokter bedah penulis buku ?Allah Sang Tabib? adalah seorang dokter yang telah berpraktik hampir 30 tahun lamanya, dan sejak 20 tahun terakhir merupakan dokter ahli bedah tulang. Ia menulis buku tersebut berangkat dari kemirisannya melihat fenomena yang berkembang di masyarakat, yakni mendewakan dokter dan menuhankan obat-obatan.
Padahal pengalamannya sebagai dokter hampir tiga dekade mengajarkan banyak sekali hal kepada nya. Bahwa Allah-lah hakekatnya yang menyembuhkan. Sungguh pun demikian, manusia wajib berikhtiar. Karena ikhtiar itu sendiri adalah bukti keimanan seseorang. Ikhtiar itu pun banyak caranya, baik dengan terapi penyembuhan modern, terapi penyembuhan tradisional, dan terutama dengan terapi penyembuhan Nabi.
TIDAK CUMA MERESEPKAN OBAT, TAPI HARUS MENGAJAK HIDUP SEHAT Kerja dokter adalah mengajak pasien berperan aktif dalam usaha penyehatan, bukan Cuma peran pasif sebagai objek penderita.? Dalam Islam kedudukan dokter, perawat dan pasien sama saja.? Allah yang berada di atas mereka semua.? Dr.Briliantono mengajak kita para dokter agar mengajak pasien untuk menjalankan lima langkah hidup sehat menurut Islam, yakni: Pertama, pola hidup sehat, misalnya tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman keras, tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Kedua, menjaga mulut dari makanan, minuman maupun perkataan yang tidak baik. Ketiga, melakukan olahtubuh. Selain olahraga, justru shalat merupakan olahtubuh yang paling baik. Keempat, obat-obatan, dengan mengutamakan yang halal dan mengikuti sunnah nabi serta kurang efek sampingnya. Kelima, mengunjungi dokter atau tabib. ?Jadi, dokter hanyalah peringkat kelima atau terakhir, dan urutan ini tidak boleh dibalik-balik,? tegas lelaki yang akrab dipanggil Dr Tony ini. Beliau juga menjelaskan, dalam pengobatan modern, hirarki tertinggi adalah dokter sebagai kapten (pimpinan), di bawahnya ada perawat, dan yang terendah adalah pasien. Dalam pengobatan syariah, yang tertinggi adalah Allah, sedangkan dokter, perawat dan pasien berada dalam posisi sejajar. Dokter tidak lebih tinggi dari pasien. Dokter hanyalah manusia biasa juga, hanya saja ia belajar ilmu kedokteran, namun bukan ia yang menyembuhkan pasien. ?Sakit dan sembuh adalah hak Allah,? tegasnya.
DAKWAH DENGAN QUDWAH Seorang dokter harus dapat menjadi contoh yang baik dengan menjaga kesehatannya sendiri. Tidaklah sesuai ketika seorang dokter mengatakan sesuatu yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, tetapi tidak dimulai dari diri dokter itu sendiri. ?He should not turn his back on the lessons of medical progress? .Karena dia tidak akan mendapatkan kepercayaan dari pasien sampai pasien tersebut melihat bukti dari dokter tersebut. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan janganlah kedua tanganmu mendorongmu berbuat kerusakan", dan Rasulullah Saw bersabda, "Tubuhmu memiliki hak atas dirimu"
Disampaikan pada KIJ LDFK Asy-syifaa' 21 Mei 2010 oleh: dr. Rosaria Indah
Petunjuk Nabi dalam Terapi dengan Tidak Memberikan Makanan Yang Tidak Disukai Pasien
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami?nya, juga oleh Ibnu Majah dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa ia menceritakan: Rasulullah saw bersabda: "Jangan paksa orang-orang sakit untuk menyantap makanan atau minuman tertentu. Karena, sesungguhnya Allah yang akan memberi mereka makan dan minum?.1
Sebagian pakar medis terkemuka menyatakan, ?Sungguh ucapan Nabi tersebut mengandung pelajaran yang tidak ternilai harganya, mengandung hikmah-hikmah ilahiyah, terutama sekali bagi kalangan medis dan ahli-ahli pengobatan. Karena orang sakit bila sudah tidak berselera makan dan minum sebabnya adalah karena secara alami tubuh bekerja keras melawan penyakit, atau karena memang sekadar hilang atau berkurang nafsu makan saja, karena insting panas berkurang atau melemah. Apapun penyebabnya, dalam kondisi demikian memang tidak layak memberikan makanan kepadanya?.
Harus diketahui bahwa rasa lapar adalah kebutuhan anggota tubuh terhadap makanan agar tubuh dapat menyerap sesuatu dari makanan yang bisa menggantikan sesuatu yang hilang darinya. Dimulai dari anggota tubuh paling jauh, terus menuju organ tubuh paling dekat sehingga berakhir di lambung. Pada saat itulah orang merasa lapar dan membutuhkan makanan. Kalau orang sedang sakit, organ-organ tubuh disibukkan oleh proses pembakaran dan pengeluaran zat berbahaya dari dalam tubuh sehingga tidak sempat menuntut suplai makanan dan minuman. Kalau si sakit dipaksa untuk makan atau minum, maka tubuh yang secara alami bekerja menjadi mandeg. Organ tubuh akan sibuk mengolah makanan sehingga tidak sempat melakukan pembakaran terhadap materi berbahaya untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal itu tentu saja membahayakan si sakit, terutama sekalli pada saat akut yakni kondisi tertentu dimana penyakit sedang parah-parahnya. Atau saat tubuh sedang panas atau lemah, sehingga semakin parah kondisinya, mempercepat bencana yang ditakutkan. Dalam kondisi demikian, organ tubuh tidak boleh digunakan untuk bekerja, kecuali sekadar menyantap sesuatu yang dapat menambah stamina dan menguatkan tubuhnya tanpa memaksa tubuh mengonsumsinya secara paksa. Yakni dicari makanan atau minuman yang berserat lembut dan mudah larut, seperti jus Yanufar2, apel, mawar segar dan sejenisnya sementara yang berupa makanan, seperti gulai yang aromanya tajam, memompa staminanya dengan aroma yang sedap dan membangkitkan selera serta berita-berita yang menyenangkan. Karena, seorang dokter adalah pelayan dan penolong manusia, bukan perusak.
Harus diketahui, bahwa darah yang baik bisa menjadi pengganti makanan untuk tubuh. Sementara dahak adalah darah mentah yang terkadang bisa menjadi setengah masak. Kalau orang sakit memiliki banyak dahak, lalu ia tidak bisa menelan makanan, maka tubuh secara alami akan bergantung kepadanya dan membakarnya sehingga berubah menjadi darah yang merupakan makanan bagi organ tubuh sehingga tidak membutuhkan apa-apa lagi. Unsur alami tubuh adalah energy yang diciptakan oleh Allah untuk secara aktif mengatur dan menjaga kesehatan tubuh, bahkan terus menjaganya sepanjang hidup.
Terkadang harus diketahui juga meskipun jarang, orang sakit juga perlu dipaksa untuk makan dan minum. Yakni pada kasus-kasus penyakit yang berhubungan dengan beban mental.
Dengan dasar ini, maka hadis tersebut termasuk kategori bersifat umum namun bisa diberi kekhususan. Atau termasuk dalil umum yang terkadang dengan adanya dalil lain bisa diberi pengecualian. Arti hadits diatas, bahwa orang sakit itu terkadang bisa bertahan hidup tanpa makan berhari-hari yang mana orang sehat saja tidak mampu melakukannya. Sementara sabda nabi saw ?Sesungguhnya Allah-lah yang member makan dan minum kepada mereka?, mengandung pengertian lembut lebih dari sekedar yang sering diungkapkan oleh kalangan medis. Pengertian itu hanya bisa dipahami oleh orang yang memiliki perhatian terhadap gerak hati dan jiwa serta pengaruhnya terhadap kondisi normal tubuh, atau reaksi tubuh secara alami karenanya. Sebagaimana hati dan jiwa juga seringkali bereaksi akibat kondisi tubuh secara normal.
Disini, kami sekedar menggarisbawahi suatu hal. Kami tegaskan: Apabila jiwa itu merasa masygul (sibuk) karena memikirkan yang dia cintai atau karena sesuatu yang dia benci atau yang membuatnya takut, maka seseorang akan kehilangan selera untuk makan dan minum. Bahkan ia tidak merasa lapar dan haus, juga tidak merasa kedinginan atau kepanasan. Dan bahkan tidak sempat lagi merasakan rasa sakit yang bagaimanapun dahsyatnya. Ia tidak merasakannya lagi sama sekali. Setiap orang pasti pernah merasakan hal semacam itu. Kalau jiwa seseorang sudah sibuk dengan hal yang menyedihkan hati sehingga tenggelam didalamnya, tidak akan merasakan lagi rasa lapar yang melilit. Kalau perasaan yang mengganggu hati adalah hal-hal yang menyenangkan, membangun sugesti, maka ia bisa menggantikan posisi makanan, sehingga terasa kenyang. Stamina juga bisa kembali bahkan berlipat ganda. Sirkulasi darah mengalir dengan baik ke seluruh tubuh sehingga tampak di permukaan kulit, wajah menjadi cerah dan terlihat bias-bias darah di kulit wajahnya. Karena kegembiraan secara otomatis mempermudah sirkulasi darah ke jantung sehingga juga mengaliri seluruh pembuluh darah hingga penuh. Dengan demikian organ-organ tubuh tidak lagi membutuhkan makanan seperti biasanya, karena sudah disibukkan dengan hal-hal yang lebih disukainya, lebih cocok dengan kebutuhan normalnya. Karena, apabila tubuh secara normal telah memperoleh hal yang disukainya, ia pasti akan lebih mendahulukannya dibandingkan yang lain. Tetapi, kalau hal yang mengganggu ahti itu bersifat menyakitkan, membuat sedih dan menakutkan, hati atau jiwa seseorang akan berusaha memeranginya, melawan, dan mempertahankan diri, sehingga tidak pula sempat menuntut suplai makanan. Pada proses pengusiran dan penolakan tersebut, tubuh tidak sempat menuntut makanan dan minuman. Kalau berhasil mengalahkan segala kegundahan dan kesulitah hati, staminanya akan kembali, bahkan bisa menggantikan stamina yang bisa didapatkan dari energy makanan dan minuman. Tetapi, kalau tidak bisa mengalahkan musuh hati, staminanya justru menurun, sebatas kekuatan musuh dalam hati tersebut. Kalau peperangan menghadapi musuh hati tersebut mengalami kekalahan dan kemenangan silih berganti, maka tubuh terkadang menjadi kuat staminanya, dan terkadang melemah. Kesimpulannya, peperangan itu mirip dengan peperangan diluar antara dua golongan yang bermusuhan, ada kemenangan dan ada kekalahan, ada yang mati, ada yang cedera, dan ada pula yang tertawan.
Orang sakit mendapatkan pertolongaan dari Allah. Allah akan memberikan makanan tambahan kepadanya, lebih dari sekadar yang dapat diketahui oleh kalangan medis, diantaranya adalah suplai makanan dari darah menurut kadar kelemahan tubuh dan kekurangan suplai makanan yang diderita, juga tingkat kesungguhannya beribadah kepada Allah SWT. Ia akan berhasil memperoleh kebutuhannya karena kedekatan dirinya kepada Allah. Karena apabila hati seorang hamba sedang gundah, saat itulah rahmat Allah dekat dengannya. Kalau ia seorang wali Allah, ia juga bisa mendapatkan makanan ruhani yang akan memperkuat stamina dan energy tubuhnya, lebih dari stamina yang dihasilkan melalui energy tubuhnya. Semakin kuat imannya, kecintaaanya terhadap Rabbnya, kejinakan hati dan kegembirannya serta keyakinannya terhadap Rabbnya, kerinduan dan rasa ridhonya terhadap Rabbnya juga semakin bertambah, maka semakin besar energy yang bisa diserapnya sehingga sulit untuk di ungkapkan, tidak bisa digambarkan oleh kalangan medis, bahkan tidak bisa dicapai oleh ilmu pengetahuan mereka. Bila jiwa seseorang terlalu kasar, hatinya terlalu gersang untuk dapat memahami dan mempercayai kenyataan ini, silahkan ia melihat kondisi banyak orang yang gemar melihat lukisan, hati mereka sudah dipenuhi oleh rasa kecanduan terhadap lukisan-lukisan tersebut atau mungkin juga terhadap kedudukan, harta atau ilmu pengetahuan misalnya.
Banyak orang yang melihat hal-hal ajaib pada diri mereka dan orang-orang seperti mereka, karena kegemarannya itu. Dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah melakukan puasa wishal (selama beberapa hari), namun kemudian beliau melarang para sahabat melakukan puasa wishal. Beliau bersabda, ?Kondisiku tidaklah sama dengan kondisi kalian. Allah tetap terus menerus memberiku makan dan minum?. Dengan demikian dapat diketahui bahwa makanan dan minuman bukan santapan yang sebagaimana dipahami oleh manusia biasa. Karena kalau tidak demikian, tentu beliau tidak akan melakukan puasa wishal, karena tidak akan jelas perbedaan antara kedua jenis makanan tersebut, bahkan beliau tentu juga tidak akan berpuasa. Karena beliau berkata ?Allah tetap terus menerus memberiku makan dan minum?.
Demikian juga Rasulullah menjelaskan perbedaan antara beliau dengan para sahabat dalam melakukan puasa wishal. Beliau mampu melakukan yang tidak mampu mereka lakukan. Kalau memang beliau makan dan minum sebagaimana yang biasa dipahami sebagai ?makan? dan ?minum?, tentu beliau tudak akan berkata ?Kondisiku tidaklah sama dengan kondisi kalian?. Hadits itu hanya dipahami secara kasar demikian saja, bagi orang yang hanya sedikit pemahannya tentang ?makanan ruhani? dan makanan hati. Padahal makanan itu demikian kuat pengaruhnya pada stamina tubuh, bahkan berfungsi sebagai motivator dan makanan sehat, lebih dari pengaruh energy makanan biasa.
Semoga allah memberikan taufik-Nya. Dari : Metode Pengobatan Nabi karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah hal 107-111
Catatan kaki :
1. Dikeluarkan pula oleh Al-Hakim. Umumnya orang yang sakit itu tidak memiliki selera makan. Memaksa si sakit untuk makan dalam kondisi demikian justru akan membahayakan dirinya. Karena organ metabolisme tidak bisa berfungsi sebagaimana lazimnya, sehingga menimbulkan kesulitan pencernaan dan memperparah kondisi si sakit. Setiap orang sakit memiliki makanan yang khas yang diperuntukkan kepadanya. Umumnya adalah makanan yang kadarnya sedikit dan mudah dicerna. Diantara tanda kesembuhan adalah munculnya kembali selera makannya seperti sediakala. Oleh sebab itu, kita tidak boleh memaksa orang sakit untuk mengonsumsi makanan tertentu
2. Dalam At-Tadzkirah disebutkan bahwa kata ini berasal dari bahasa Persia, arti sesungguhnya ?sesuatu yang bersayap?. Yang dimaksud disini adalah sejenis tumbuhan berakar, mirip dengan wortel, licin dan panjang. Tumbuh di air yang dalam. Bila sudah berdaun dan berbunga, muncul dipermukaan. Di mesir dikenal dengan sebutan ?pengantin? (Ara'is) sungai Nil