Dalam buku yang berjudul Yusuf as. karya Amru Khalid, beliau menjelaskan bahwa Al-Qur'an merupakan syifâ' atau penawar/obat bagi hati (QS Al-Isrâ' (17):82). Sedangkan madu merupakan syifâ' atau penawar/obat bagi tubuh. (QS An-Nahl (16):69). Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra. bahwa pada suatu ketika datanglah seorang laki-laki menghadap Rasulullah Saw dan berkata, "Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya."
Rasulullah Saw bersabda, "Minumkanlah padanya madu." Orang itu lalu pergi dan kembali lagi, ia berkata, "Aku telah meminumkannya madu, namun tidak ada perubahan apa-apa." Di dalam redaksi yang lain, orang itu berkata, "Madu itu hanya membuat perutnya lega 2 atau 3 kali." Dan setiap kali menerima pengaduan laki-laki itu, Rasulullah Saw selalu berkata (kepada lelaki itu), Minumkanlah padanya madu." Sampai akhirnya pada kali ketiga atau keempat Rasulullah Saw bersabda, "Allah pasti benar, yang berdusta adalah perut saudaramu. Pergilah dan minumkanlah padanya madu." Kemudian laki-laki itu pergi dan meminumkan madu kepada saudaranya dan sembuhlah saudaranya itu. (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda, "Kesembuhan terdapat dalam 3 hal: minum madu, berbekam, dan menggosok bagian tubuh yang sakit dengan besi yang dipanaskan dengan api, tetapi aku melarang umatku untuk melakukan penyembuhan dengan penggosokan menggunakan besi panas (HR Bukhari).
Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah terdapat sebuah hadits marfu' dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang minum madu 3 tegukan dalam setiap bulannya, dia tidak akan terkena bala' yang besar." (HR Ibnu Majah)
Hadits ini menunjukkan bahwa jika madu dikonsumsi dengan cara seperti yang disebutkan oleh Rasulullah (3 kali dalam setiap bulan), maka kebiasaan ini akan dapat membuat tubuh orang yang melakukannya mampu mencegah timbulnya penyakit melalui sesuatu yang kita kenal dengan nama "antibodi".
Banyak penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa madu memiliki khasiat dapat membunuh beberapa jenis bakteri, baik bakteri "gram negatif" maupun bakteri "gram positif".
Beberapa ilmuwan yang mengumumkan hasil penelitian mereka pada tahun 1985 telah melakukan serangkaian percobaan laboratorium yang membandingkan pengaruh madu terhadap zat antibiotik yang telah dikenal luas, semisal Spiramisin dan obat anti jamur Nistatin. Dari penelitian itu diketahui bahwa madu lebih efektif dalam membunuh bakteri yang digunakan dalam uji coba adalah bakteri-bakteri yang terkenal sebagai penyebab penyakit radang usus, paru-paru dan ginjal yang sebagian darinya mampu melawan antibiotik yang kita gunakan pada saat itu. Seperti membunuh bakteri E Coli, Proteus dan Kelebsiella.
Selain itu mampu membunuh bakteri Salmonella dan Shingella yang menjadi biang keladi terjadinya penyakit diere akut.
Beberapa ilmuwan Mesir telah mempelajari mengenai mekanisme madu dalam melawan bakteri (dipublikasikan di jurnal "Dunia bakteri" pada tahun 1984). Mereka menemukan beberapa mekanisme yang mungkin dilalui madu dalam menjalankan tugasnya dalam membunuh bakteri, sebagai berikut :
a. Efektivitas madu dalam melawan bakteri sebenarnya terkandung dalam kandungannya yang memiliki tekanan osmotik tinggi, asalkan madu tersebut tidak memiliki kandungan air lebih dari 20%
b. Faktor kedua yang dimiliki madu dan berperan penting dalam fungsinya untuk membunuh bakteri adalah karena madu memiliki tingkat keasaman (PH) sebesar 3,5
c. Faktor ketiga adalah adanya kandungan zat yang dinamakan "Inhibine" yang menurut penelitian adalah termasuk hidrogen peroksida.
Mail of bai_fkunissula@yahoo.com Document's of FULDFK
Post a Comment