Bentuk-bentuk Peribadatan Jahiliyah Pada zaman modern saat ini, ternyata masih ada bentuk peribadatan yang dilakukan oleh kaum musyrikin yang juga dilakukan oleh kaum muslimin saat ini. Bentuk peribadatan pada zaman jahiliyah seperti menyembah Latta, Uzza, dan Manath, ternyata kita dapati pula sekarang dalam bentuk memberikan sesajen-sesajen, meminta syafa'at, i'tikaf, mengharapkan berkah dan lain-lainnya.
Barangkali inilah yang disebut bentuk-bentuk berhala kaum jahiliyah oleh Allah SWT dalam al-Quran agar kaum muslimin di masa-masa berikutnya mengetahui bentuk-bentuk penyembahan berhala yang dilarang. Allah SWT berfirman dalam surat an-Najm yang artinya : “Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Latta, Uzza, dan Manath yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah) ? Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah sesuatu pembagian yang tidak adil” ( Q.S : An-Najm : 19-22) Siapakah Latta. Uzza, dan Manath ? Berkata Ibnu Katsier: “Latta adalah sebuah batu persegi yang berukiran di atasnya dibangun sebuah rumah yang diberi tirai/kelambu dan juru kunci. Di Sekitarnya merupakan tanah yang disucikan oleh penduduk Thaif (Pada zaman jahiliyah) yakni suku Tsaqief.” (Fathul Majid).
Berkata Ibnu Abbas : “Latta adalah seorang dermawan yang membuat kue untuk orang-orang haji. Ketika dia meninggal, mereka beri'tikaf dikuburannya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya). Dalam riwayat lain : “Latta adalah batu persegi batu putih yang semula dijadikan sebagai alas untuk membuat kue. Maka ketika pemiliknya meninggal, suku tsaqief menyembahnya sebagai pengagungan kepada pemiliknya. (Fathul Majid). Adapun Uzza, berkata Ibnu Jarir : “Uzza adalah sebuah pohon yang dibangun diatasnya bangunan dengan diberi tirai/kelambu di daerah Makah dan Madinah. Dahulu diagungkan oleh kaum Quraisy (pada zaman jahiliyah). Adapun Manath adalah sebuah berhala yang terletak disumber air di Qudaid antara Makah dan Madinah. Berhala ini diagungkan oleh suku Khuza’ah, Aus dan Khazraj. Dan mereka memulai haji dari tempat ini.” (Fathul Majid).
1. Memberikan Sesajen Apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin dizaman ini berupa memberikan sesajen-sesajen pada kuburan, pohon-pohon dan batu-batu yang dianggap keramat sama persis dengan apa yang kaum musyrikin lakukan, sebagaimana Allah kisahkan dalam al-Qur'an tentang mereka dalam surat al-An'aam : “Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan oleh Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka : “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sesajen-sesajen yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah ; dan sesajen-sesajen yang diperuntukkan bagi Allah, maka sesajen itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu, (Q.S : al-An'aam : 126)
Apa yang dilakukan oleh sebagian yang mengaku muslimin hari ini dengan memberikan sesajen-sesajen, apakah dalam bentuk setengah gelas minyak, kembang tujuh warna, sembelihan-sembelihan, kepala kerbau, kambing ataupun hasil panen dan kebun mereka semua itu merupakan bentuk sesajen yang dilarang dalam ayat diatas.
2. Meminta Syafa'at Diantara bentuk peribadatan kaum muslimin pada zaman ini adalah meminta syafa'at kepada yang telah mati. Mereka berkeyakinan kalau orang-orang shalih yang telah mati, batu-batu yang pernah diduduki oleh para wali, pohon yang pernah dijadikan naungan oleh para nabi atau wali, dianggap memiliki keistimewaan dan kedekatan di sisi Allah, sehingga mereka meminta pembelaan kepadanya disisi Allah kelak. Hal ini persis seperti alasan yang dikemukakan oleh kaum jahiliyah ketika mereka beribadah kepada Latta, Uzza, dan Manath. Allah SWT kisahkan keadaan mereka dalam firman-Nya : “Dan mereka beribadah kepada selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pembela-pembela kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” (QS. Yunus: 18).
3. Tawasul Diantara bentuk peribadatan kaum muslimin pada zaman modern ini adalah Tawasul. Tawasul adalah menjadikan kuburan, orang-orang yang sudah meninggal, batu-batu atau peninggalan para wali sebagai perantara dalam mendekatkan diri mereka kepada Allah. Atau sebagai perantara dalam berdoa kepada Allah. Ini pun persis seperti peribadatan kaum jahiliyah kepada Latta, Uzza dan Manath. Tidaklah mereka menyembahnya kecuali dengan alasan tersebut. Allah SWT berfirman : “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-sedekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar,” (Q.S : az-Zumar : 3). Mereka mengira bahwa untuk berdoa kepada Allah, membutuhkan perantara.Seperti halnya untuk bertemu presiden, harus melalui perantara. Mereka menyamakan kedudukan Allah dengan makhluk-Nya.
4. Meminta Barakah Bentuk peribadatan masa kini kepada kuburan-kuburan, pohon-pohon atau batu-batuan yang dianggap keramat adalah untuk mengharapkan berkah, kekuatan ghaib atau yang merka istilahkan dengan “isi”.
Hal ini juga persis dengan apa yang telah dilakukan oleh musyrikin jahiliyah pada berhala-berhala mereka. Mereka menggantungkan pedang-pedang mereka dipohon tertentu yang mereka namakan dengan dzatu anwat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Waqid al-laitsi: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika keluar ke Hunain, beliau melewati satu pohon yang bagi kaum musyrikin disebut Dzatu Anwath yang mereka biasa menggantungkan padanya senjata-senjata mereka. Maka mereka berkata : “Wahai Rasulullah, jadikaalah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath!” Maka Nabi SAW menjawab ; “Subhanallah! Ini adalah sebagimana perkataan kaum Musa : ”Jadikanlah bagi kami tuhan-tuhan sebagaimna mereka mempunyai tuhan”. Dan demi dzat yang diriku berada ditangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian”. ( HR.Tirmidzi dan ia berkata : hadist Shahih )
Post a Comment