Saudaraku, tauhid merupakan masalah yang sangat penting untuk kita pelajari. Tauhid merupakan kunci penyelamat seorang muslim. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin memperkenalkan kepada para sejawat tentang tauhid ini khususnya adalah tentang tauhid Asma' wa Sifat. Selamat Membaca...
Pengertian "Tauhid Asma wa Shifat" Asma wa sifat artinya nama-nama dan sifat-sifat.Tauhid asma' wa sifat ialah mengimani bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang telah dikabarkan di dalam Al-Quran dan sunnah Rasul-Nya.Syaikh Dr. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad berkata : "Tauhid asma'wa shifat ialah pengakuan bahwa Allah memiliki nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia. Kita harus dapat mengimani nama-nama dan sifat-sifat ini dengan kuat, tidak boleh melakukan tahrif, tathil,takyif, dan tamtsil"
Yang dimaksud degan Tahrif adalah mengubah nash(dalil), baik lafazhnya ataupun maknanya. seperti firman Allah dalam QS.An-Nisa' : 164 yang artinya : ”Dan Allah telah berbicara kepada musa secara langsung.”Melakukan Tahrif (diubah/diselewengkan) ialah dengan menashabkan (memfathah) lafazh Allah sehingga otomatis artinya juga akan berubah menjadi : "Dan musa telah berbicara kepada Allah secara langsung." Pelaku pembicara seharusnya adalah Allah tetapi diubah menjadi Nabi Musa.ini contoh Tahrif lafazh.
Sedangkan yang dimaksud dengan Tathil adalah mengingkari semua atau sebagian nama-nama dan sifat-sifat yang wajib bagi Allah seperti: Allah berada di atas Arsy, sebagian kelompok yang sesat mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana.
Takyif adalah menggambarkan bentuk sifat. Misal : menggambarkan tangan Allah seperti ini. Turunnya Allah ke langit dunia seperti ini, Bersemayamnya Allah di atas Arsy itu begini dan sebagainya.Ini adalah batil.Tamtsil adalah merupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya secara persis, seperti tangan Allah diserupakan seperti tangan manusia, turunnya Allah ke langit dunia diserupakan seperti turunnya khatib dari mimbar ,dan sebagainya. (lihat fathu rabbil bariyyah:1-19, Minhaj al-firqotin Najjiayyah:18-20)
Dalil Penetapan Tauhid Asma'wa ShifatKetahuilah saudaraku sesungguhnya dalil dan bukti tentang adanya tauhid asma wa shifat ini sangat banyak. Al-Quran dan sunnah telah menetapkan adanya tauhid ini.
1. Dalil Al-Quran, diantaranya adalah firman Allah SWT dalam QS.al-A'raf 7: 180 yang artinya : “Hanya milik Allah Asma-ul Husna, dan maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”.(QS.al-A'raf;180) Syaikh Shalih bin Shalih Al-Fauzan berkata : di dalam ayat ini Alllah telah menetapkan nama-nama bagi diri-Nya dan dia telah menggambarkan bahwa namanama tersebut baik (alhusna) serta memerintahkan berdoa kepada-Nya (dengan nama-nama tersebut) seperti mengatakan: ”Ya Allah,Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Hayyu Ya Qayyum, Ya Rabbal-Alamin dan sebagainya. Allah SWT mengancam orang-orang yang menyimpang di dalam memahami nama-nama-Nya, yang mana mereka itu berpaling dengan nama-nama tersebut dari kebenaran, baik dengan menolak nama-nama tersebut dari Allah atau memalingkannya dengan selain maknanya yang shahih. Allah mengancam mereka bahwa Dia akan membalas mereka atas perbuatan jelek mereka. (Aqidatu at-Tauhid; 59)
2.Dalil dari Sunnah, sabda Rasulullah SAW artinya : "aku memohon kepada-Mu dan seluruh asma-Mu yang telah Engkau namakan untuk diri-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu,dan Engkau ajarkan kepada salah seorang dari hamba-Mu,atau masih dalam rahasia ghaib-Mu yang Engkau sendiri mengetahuinya.” (HR.Ahmad:1/391,dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah:199)
Mengapa “Tauhid Asma wa Shifat” itu Penting? Saudaraku, setidaknya ada tiga alasan yang menunjukkan pentingnya tauhid asma wa shifat ini yaitu :
1.Tauhid Asma'wa shifat adalah separuh bab iman kepada AllahIman kepada Allah merupakan asas segala kebajikan dan sumber hidayah serta segala sebab segala kebahagiaan. Seseorang hamba akan mendapat kebaikan, kebahagian, keberuntungan, dan keselamatan apabila ia dapat merealisasikan dua tauhid yang dengannya keimanan Allah di bangun, dan untuk maksud mewujudkan kedua tauhid itu pulalah, Allah mengutus para Rasul-Nya.
Pertama : Tauhid yang sifatnya harus diyakini berdasrkan kabar dari wahyu. Meliputi penetapan sifat-sifat Allah yang sempurna dan menyucikan-Nya dari segala penyerupaan dan penyamaan, serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat tercela.
Kedua : yaitu tauhid beribadah kepada-Nya saja, tidak menyekutukan-Nya dan memurnikan ketaatan kepada-Nya serta mengiklaskan khauf(takut), raja' pengharapan dan tawakkal kepada-Nya serta ridha kepada Allah sebagai Rabb yang ditaati. dan tidak menjadikan tandingan bagi Allah dalam perkara apapun.
So, separoh sebagian tauhid yang dituntut dari seorang hamba adalah tauhid Asma wa Shifat.
2.Tauhid asma wa shifat mutlak merupakan ilmu yang mulia dan penting.Tidak diraguan bahwa sesuatu yang paling agung, paling mulia, dan paling besar untuk diketahui adalah tentang Allah. Dzat yang tidak ada sesuatu pun berhak ditaati kecuali Dia, Robb alam semesta, memelihara langit, Maharaja yang haq, yang disifati dengan semua sifat sempurna. Dzat yang Mahasuci dari segala kekurangan dan cela, Mahasuci dari segala keserupaaan serta kesamaan dalam kesempurnaan-Nya. Maka tidak diragukan pula bahwa mengilmui nama-nama dan sifat-sifat serta perbuatan-perbuatan-Nya merupakan pengetahuan paling agung dan paling utama. (Lihat miftah Dar sa'adah:1/86)
3.Tauhid asma wa shifat adalah dasar ilmu agama.Mengapa demikian? jawabnya adalah karena barangsiapa mengenal Allah maka akan mengenal yang lainnya. Dan barang siapa yang tidak mengenal Rabbnya maka terhadap yang lainnya pun dia tidak lebih mengetahui. Allah berfirman:“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS.al-Hasyr 59:19)
saudaraku, kalau kita mencermati ayat ini, niscaya di dalamnya akan kita dapati makna yang mulia dan agung, yaitu barang siapa yang melalaikan Rabbnya, maka Allah akan menjadikan dia lalai terhadap diri dan pribadinya. Sehingga ia tidak mengengetahui hakekat dirinya dan tidak pula mengetahui kemaslahatan dirinya. Bahkan melalaikan kemaslahatan dan kebahagiaan dirinya di dunia dan di akhirat. Karena ia telah keluar dari fitrah yang untuk itu dia diciptakan” (yakni beribadah kepada-Nya). Akhirnya ia lalai kepada Rabbnya maka Rabbnya pun menjadikan lalai terhadap dirinya, sifat-sifatnya dan segala apa yang menyempurnakan dirinya dan membersihkan jiwanya. Begitu juga lalai terhadap apa yang dapat membahagiakan diriya dalam kehidupan dunia maupun akhirat. (Lihat miftah dar sa'adah:1/86, mu'taqud ahli sunnah wal jama'ah 8-13) Wallahu a'lam.
Post a Comment