Pada suatu subuh, Rasulullah SAW memanggil Ali Bin Abu Thalib. Rupanya Rasulullah saat itu merasakan kedinginan yang sangat, ia measa tak sanggup memimpin sholat subuh berjama’ah. Sehingga ia meminta Ali untuk menyampaikan pada Abu Bakar agar mengimami sholat subuh berjama’ah.
“Kalau masih ada Rasulullah tidaklah pantas bagi saya menjadi imam sholat berjama’ah.” Jawab Abu Bakar setelah tiga kali didesak oleh Ali.
Sehingga Rasulullah dalam keadaan kepayahan, dipapah oleh Ali, memaksakan diri mengimami sholat Subuh berjama’ah, yang ternyata itulah sholat subuh terakhir. Begitu selesai dan mengucapkan salam, Rasulullah menghadap kea rah sahabat-sahabatnya, yang hampir seluruhnya telah berlinang air mata. Mereka telah merasakan bahwa tiada lama lagi Rasulullah SAW akan meninggalkan mereka. Beliau SAW memandang wajah para sahabat dan membacakan sebuah ayat
Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Al Kahfi 110
Seolah Rasulullah ingin berkata, bila beliau SAW adalah manusia biasa yang makan, minum, tidur, menikah, maka beliau SAW juga akan meninggal dunia. Seluruh sahabat termenung, pikiran mereka berlalu ke kenangan setiap orang bersama Rasul SAW. Air mata Abu Bakar mengalir bersama ingatan saat kakinya ia relakan digigit ular di gua Tsur karena di pangkuannya tertidur Muhammad SAW yang kelelahan dalm perjalanan hijrah ke Madinah. Abu Bakar tak tega bergerak menghindari ular karena hal itu akan membangunkan Beliau SAW. Lain lagi Ali Bin Abu Thalib, belum lepas dari memoir saat ia tidurkan tubuhnya di ranjang Rasulullah SAW saat prajurit quraisy mengepung rumah Rasulullah dan mendobrak kamar beliau SAW. Tubuh Ali dapat saja tertusuk pedang-pedang pemuda quraisy seandainya mereka langsung menikam.
Rasulullah SAW pulang ke rumah Aisyah. Namun ketika Fatimah datang, Aisyah mempersilahkan Fatimah berdua dengan Rasul SAW. Tampak Rasul membisikkan sesuatu kepada Fatimah sehingga Fatimah menangis. Di sela tangisnya, kembali Rasul SAW membisikkan sesuatu yang kemudian membuat Fatimah tersenyum. Aisyah yang penasaran sempat menanyakan pada Fatimah, namun dijawab bahwa itu adalah rahasia. Di kemudian hari Fatimah menuturkan pada Aisyah, “Nabi berkata bahwa beliau akan wafat dalam sakitnya ini sehingga aku menangis. Lalu beliau berkeata, akulah orang pertama dari keluarganya yang akan menyusul beliau pertama kali, sehingga aku tertawa.”
Tidak berapa lama ada salam dari luar rumah. “Waalaikum salam warahmatullahi wa barakatuh..” jawab Fatimah. “Siapakah yang di luar?” Tanya Fatimah.
“Saya sudah datang, salamkan pada Rasulullah, aku sudah datang.” Kalimat itu yang disampaikan tamu di luar.
Disampaikanlah oleh Fatimah pada ayahandanya bahwa di depan ada tamu. “Tamu yang engkau maksud sudah ada di sini.” Jawab Rasul SAW. Fatimah bingung karena tiada siapapun yang ia lihat. Sesungguhnya yang datang adalah Izroil a.s.
“Mana Jibril ya Izroil? Aku belum ridho kau cabut nyawaku sebelum Jibril kau hadirkan di sini.”Beliau SAW meminta.
Rupanya Jibri a.s. berada di langit pertama, ia tak kuasa mengikuti Izroil mencabut nyawa manusia yang paling ia kasihi. Akhirnya tak ada pilihan lagi bagi Izroil selain menjemput Jibril.
Begitu Jibril hadir di hadapan Rasul SAW bertanya ia, “Ada apa ya Rasulullah engkau memanggil diriku?”
“Wahai Jibril, aku belum ridho dicabut nyawa sampai aku tahu bagaimana kondisi ummatku sepeninggalku?”Pertanyaan Rasul SAW yang sangat mencintai ummatnya.
“Itu bukan hakku untuk menjawab ya Rasulullah, aku akan menanyakannya kepada Alloh.” Maka Jibril dan Izroil kembali menghadap Alloh.
Setelah itu dapatlah sebuah jawaban bahwa ummat Muhammad akan selamat jika memegang Al Qur’an dan sunnah Rasul.
Begitu Rasulullah mulai dicabut nyawa oleh Izroil, Jibril memalingkan mukake kanan tak tega melihat kekasihnya dicabut nyawa.
“Ummati..Ummati.. Ummati.. (Ummatku..Ummatku.. Ummatku..)..”ucap beliau saat nyawa mulai meregang dari ujung kaki hingga lutut.
“As sholat..As sholat.. As sholat.. (Sholat..sholat..sholat...)..” Kata Beliau SAW berganti saat nyawa tercabut sampai ke pinggang.
“Alaikum bi sholat..alaikum bi sholat.. alaikum bi sholat.. (wajib sholat... wajib sholat... wajib sholat...)” Sesampainya di kerongkongan, kata beliau SAW kembali berganti. Izroil persilahkan Jibril maju ke depan untuk menunjukkan di mana kelak Rasulullah berada.
“Tak perlu karena beliau maksum.”Jawab Jibril pada Izroil.
“Alaikum bi sholat wa ma amalakat aimanukum (kewajiban atasmu sholat dan kewajiban sholatnya orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu).” Begitu pesan terakhir yang keluar dari lisan beliau SAW.
Kemudian bersama hembusan nafas terakhir, Rasulullah mengucapkan kalam syahadat. Kepala beliau semakin berat di pangkuan Aisyah. Bulir air mata mengalir dalam tangisan istri-istri dan para sahabat. Dijemput tidak kurang oleh tujuh puluh ribu malaikat yang berbaris sampai ke sidratul muntaha. Angin berhenti berhembus, burung tidak berkicau saat itu.
Kekasih telah kembali pada Alloh.....
Ya Rasul...kenali diriku yang telah dicabik dosa. Biarlah aib di dunia tersebar ke penjuru buana.Namun syafaat dan pertemuan denganmu lebih utama.
Sumber: FB Alumni BAI FK Unissula http://www.facebook.com/note.php?note_id=474355681936
Post a Comment