Suasana Idul Fitri masih melekat di tengah masyarakat kita. Ungkapan “Minal ‘aidzin wal faidzin” pun masih terus mengalir di bibir kita pada sanak keluarga dan handai tolan. Yaa…Idul Fitri memang hari yang sangat dinanti-nantikan oleh umat muslim. Pada hari itu, kita merayakan kemenangan setelah satu bulan penuh menahan lapar dan dahaga. Pada hari itu pula, kita saling memaafkan teman, tetangga dan juga sejawat kita.
Saudaraku.. sebenarnya apa sich makna Idul Fitri itu sendiri ? Idul Fitri secara etimologis, terdiri dari dua kata. Pertama, kata ‘Id, yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, berasal dari asal kata ‘ada. Ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri, selalu berulang dan kembali datang setiap tahunnya. Ada juga yang mengatakan diambil dari kata ‘adah yang berarti kebiasaan, yang bermakna bahwa umat Islam sudah biasa pada tanggal 1 Syawal selalu merayakannya (Ibnu Mandlur, Lisaanul Arab). Kata yang kedua adalah Fitri. Fitri atau fitrah dalam bahasa Arab berasal dari kata fathara yang berarti membedah atau membelah, bila dihubungkan dengan puasa maka ia mengandung makna `berbuka puasa’(ifthaar).
Secara terminologis, Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulang kali setiap tanggal 1 Syawal yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan makan minum di siang hari. Artinya, kata fitri disitu diartikan `berbuka atau berhenti puasa` yang identik dengan makan-makan dan minum-minum. Maka tidak salah bila Idul Fitri disambut dengan pesta makan-makan dan minum-minum mewah yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.
Sebuah Kesalahan besar, jika kita memaknai Idul Fitri hanya sebagai `perayaan kembalinya kebebasan makan dan minum` sehingga yang tadinya dilarang makan siang, setelah Idul Fitri datang, maka kita akan balas dendam dengan makan opor ayam sebanyak-banyaknya. Atau dimaknai sebagai kembalinya kebebasan berbuat maksiat, setelah Ramadhan usai maka kemaksiatan kembali merajalela.
Makna Idul Fitri seperti ini, sebaiknya kita jauhi dan kita benahi, Mengapa ? karena tujuan utama kita di Hari Kemenangan ini ialah bukan untuk menuruti nafsu kita, akan tetapi meraih ketakwaan yang lebih tinggi. Alangkah baiknya, jika Idul Fitri dimaknai sebagai `kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci` sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Kelahiran kembali ini kita artikan, bahwa seorang Muslim yang telah melewati Ramadhan dengan puasa dan segala ragam ibadahnya harus mampu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT lebih baik dari yang sebelumnya.
Saudaraku, saya yakin Idul Fitri kali ini adalah Idul Fitri yang kesekian kalinya dijalankan. Setiap tahun kita selalu merayakannya bersama keluarga kita. Setiap tahun pula, kita menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Sangat disayangkan sekali jika Ramadhan dan Idul Fitri kali ini lewat begitu saja, tanpa bekas di hati kita, tanpa ada prestasi yang lebih baik dari tahun lalu.
Pada momen Idul fitri inilah, saatnya kita untuk Kembali Fitri, kembali kepada fitrah kita sebagai seorang hamba yang senantiasa taat pada perintah-Nya. Pada momen ini pula, saatnya kita untuk memperbaiki diri, memperbaiki sikap dan memperbaiki ucapan kita yang mungkin sering menyakiti perasaan orang lain. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.
Saudaraku, dalam kesempatan kali ini, marilah kita saling mengulurkan tangan dan saling memaafkan. “Selamat Idul Fitri dan Selamat Memperbaiki diri”. Semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh ampunan serta ridha dari Allah SWT (Amin).
Post a Comment