Materi Pendahuluan Halaqah BAI FK Unissula Ada 4 hal yang wajib diketahui oleh setiap muslim, yaitu a.Ilmu, yaitu mengetahui Allah, mengetahui Nabi-Nya serta agama Islam dengan dalil-dalil. b.Mengamalkan ilmu tersebut. c.Berdakwah kepada Tauhid. d.Bersabar dalam menghadapi gangguan didalamnya.
Dalam kitab Tsalatsatil Ushul karya Syaikhul Islam al-Mujaddid Muhammad at-Tamimi yang di syarh (dijelaskan) oleh Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, dijelaskan sebagai berikut,
A. Ilmu, yaitu mengetahui Allah, mengetahui Nabi-Nya serta agama Islam dengan dalil-dalil. Yang dimaksud dengan Ilmu adalah pengetahuan secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Kadang kita dirancukan dengan pengertian pengetahuan, karena ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Ulama salaf membagi pengetahuan menjadi 6 tingkatan:
1. Al-Ilm (ilmu) yaitu pengetahuan secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Ilmu dibagi 2, Dharuri (tanpa penelitian) dan Nazhari (memerlukan penelitian). 2. Al-Jahlul Basith yaitu tidak diketahuinya sesuatu secara keseluruhan. 3. Al-Jahlul Murakkab yaitu pengetahuan terhadap sesuatu hal yang berlawanan dengan kakekat sebenarnya dari hal tersebut (kebalikan). 4. Al-Waham yaitu pengetahuan terhadap sesuatu hal yang berlawanan dengan hakekat sebenarnya tentang hal tersebut yang lebih kuat (Al-Jahlul murakkab yang lebih kuat). 5. As-Syak (ragu-ragu) yaitu pengetahuan terhadap sesuatu dengan kemungkinan lain yang sama kuat (seperti orang ragu). 6. Adz.Dzan yaitu pengetahuan terhadap ssuatu dengan kemungkinan berlawanan yang lebih lemah.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui Allah, mengetahui Nabi-Nya serta agama Islam dengan dalil-dalil yang benar dan dipahami sesuai dengan hakekat yang sebenarnya. Untuk memahami hakekat yang sebenarnya tersebut, kita harus mengacu kepada pemahaman generasi terbaik, yaitu pemahaman Rasulullah dan shahabat-shahabatnya (generasi pendahulu). Karena kepada Rasulullah-lah Al-Quran diturunkan sehingga tidak ada yang lebih paham tentang ilmu ini kecuali beliau. Kemudian setelah itu dakwah beliau diteruskan oleh generasi shahabat, generasi setelahnya (tabi’in) dan setelahnya (tabi’ut tabi’in) sesuai dengan hadits beliau.
Lalu bagaimana dengan ilmu yang lain, ilmu kedokteran misalnya. Apakah ilmu tersebut juga merupakan bidang yang wajib dipelajari? Tentunya kita tahu bahwa semua ilmu yang ada didunia ini adalah milik Allah. Baik yang berorientasi ukhrawi (akherat) maupun yang bersifat kedokteran. Untuk ilmu yang berorientasi ukhrawi (akherat) yang datangnya dari Allah melalui rasulNya maka hukumnya wajib dipelajari setiap umat muslim. Sedangkan untuk ilmu kedokteran bersifat fardhu kifayah (hanya diwajibkan kepada sebagian orang).
B. Mengamalkan ilmu tersebut. Setelah kita paham dengan ilmu tersebut, kita harus mengamalkannya sebagai konsekuensi dari pengetahuan yang berupa iman kepada Allah dan menjalankan keta’atan kepadaNya, dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, baik berupa ibadah-ibadah khusus seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, maupun ibadah muta’addiyah seperti amar ma’ruf dan jihad dijalan Allah.
Karena amal itu adalah buah dari ilmu. Dan keduanya harus berjalan seimbang. Karena orang yang mengerjakan amal tanpa ada ilmunya seperti orang nasrani dan orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya seperti orang yahudi.
C. Berdakwah kepada Tauhid.
Setelah amal ilmu dan amal kita bagus dan terjaga maka kita diwajibkankan untuk mengamalkannya dengan 3 tingkatan sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya, Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Sedangkan di ayat lain disebutkan ada 4 tingkatan dalam berdakwah,
Artinya : “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."” (QS. Al-Ankabut : 46)
Sebagaimana diwajibkan beramal dengan ilmu, maka berdakwah-pun harus dengan ilmu dan bashirah (hujjah/argument). Firman Allah,
Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."” (QS. Yusuf : 108)
Dan bashirah dalam adakwah adalah hendaknya da’i mengetahi hukum-hukum syari’at, cara berdakwah dan kondisi orang yang didakwahi.
D. Bersabar dalam menghadapi gangguan didalamnya.
Sabar adalah menahan nafsu didalam ketaatan kepada Allah, menahannya dari maksiat kepada Allah, menahannya dari membenci takdir (ketentuan) Allah. Jadi nafsu itu dikekang dari kebencian, keluh kesah dan bosan. Sebaliknya ia tetap rajin dalam berdakwah walaupun disakiti dan diganggu. Firman Allah,
Artinya : "Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu."(QS. Al-An’am : 34)
Sabar itu ada 3 macam, yaitu - Sabar dalam ketaatan kepada Allah - Sabar didalam (menjauhi) yang diharamkan Allah - Sabar atas ketentuan Allah, baik yang tidak ada usaha (kekuasaan) hamba didalamnya, ataupun yang diberlakukan Allah melalui tangan-tangan sebagian hamba-Nya dalam bentuk gangguan dan penganiayaan.
Dalil dari keempat hal diatas adalah surat Al-Ashr ayat 1- 3, Allah berfirman Artinya : "Demi Massa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."(QS. Al-Ashr: 1-3)
Dalam surat ini Allah bersumpah bahwa manusia itu akan merugi walaupun mempunyai banyak harta, kedudukan dan kemuliayan kecuali mempunyai empat sifat berikut : 1. Iman yang mendekatkan diri yang meliputi setiap hal yang mendekatkan diri kepada Allah berupa keyakinan yang benar dan ilmu yang bermanfaat. 2. Amal sholeh yang meliputi perkataan dan perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah dengan dilandasi keikhlasan karena Allah semata dan mengikuti petunjuk Rosulullah SAW. 3. saling berwasiat dalam kebenaran, yaitu saling berwasiat untuk mengerjakan kebaikan dan menganjurkannya. 4. saling berwasiat kepada kesabaran, yaitu saling memberikanwasiat kesabaran didalam mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya dan bersabar dalam menanggung takdir (ketentuan) Allah.
Dengan wasiat kepada kebenaran dan kesabaran juga meliputi amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan syarat tegaknya umat, kebaikan, kemajuan, kemuliaan dan keutamaan, Allah berfirman : Artinya : "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."(QS. Ali Imran : 110)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya umat islam memiliki kewajiban berilmu sebelum berkata dan beramal. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu imam empat rahimatullahalaihim, Imam Syafi’I dan imam hadits, Al bukhari.
Tetapi terkadang syaitan memberikan tipu dayanya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Sehingga terjerumus kepada sifat yang berlebih-lebihan disalah satu dari 4 hal diatas. Orang yang berilmu senantiasa belajar, sehingga lupa untuk mengamalkan ilmunya. Orang yang beramal lupa bahwa ada ilmu yang mendasari amalnya. Dan orang yang berdakwah lupa kalau ia harus menjaga ilmu dan amalnya. hal ini akan kita bahas mendalam dibagian talbis iblis, bagian pertama halaqah ini.
Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu dari satu kepahaman ke kepahaman yang lain. Kemudian apa yang sudah kita pahami itu kita amalkan. Apabila ilmu dan amal kita sudah baik, maka mulai kita dakwahkan dengan cara yang sudah diajari oleh Rasulullah SAW.
(Sumber : Syeikh Al-Utsaimin. Ulasan tuntas tentang tiga prinsip pokok)
Post a Comment