HOW TO MENTORING IN BAI (RECOMMENDED USING) Mentoring yang selama ini berjalan diberbagai lembaga sebenarnya sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada, agar tujuan yang ingin dicapai dari program mentoring tersebut tercapai, begitu pula mentoring di BAI FK Unissula. Setelah kami renungkan dalam-dalam, mentoring yang kami rekomendasikan untuk digunakan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, diupayakan agar mentor/mad’u merasa membutuhkan (bukan dipaksa) untuk mengikuti kegiatan ini. Untuk mencapai hal tersebut ada kiat yang harus dilaksanakan dengan membagi kegiatan mentoring ini menjadi 2 sesi yaitu Mentoring dan belajar Bersama. Dengan durasi minimal sepekan sekali.
1. Mentoring Mentoring dilaksanakan dengan menggunakan materi yang telah ditulis di buku yang diterbitkan oleh BAI FK Unissula sebagai acuan. Buku ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Bagian pertama, Penjelasan ulang (recovery) tentang Dienul Islam dan Problematikanya. 2. Bagian kedua, Pengetahuan Standar minimum untuk Menjadi Dokter Muslim. 3. Bagian Ketiga, Pengetahuan Amalan Yaumiyah (keseharian) yang Perlu Dibiasakan.
Kedalaman materi yang disampaikan minimal sesuai dengan buku tersebut. Kalaupun ingin diperdalam, disesuaikan dengan kondisi mentor. Karena kami sadar, buku ini masih sangat kurang. Dan banyak bab penting yang belum bisa kami masukkan.
Dalam penyampaian materi, kita menyampaikan secara urut dari depan ke belakang pada bagian pertama dan Kedua. Sedangkan untuk materi pada bagian ketiga kita sampaikan setelah pembahasan topik dari materi bagian pertama atau bagian kedua selesai. Hal ini dikarenakan pada bagian ketiga merupakan amalan yaumiyah (keseharian) berupa tata cara ibadah mahdah (Shalat, Zakat, Puasa), tata cara membaca Al-Quran (tajwid dan gharib), hafalan Al-Quran dan doa-doa yaumiyah, maka harus disampaikan dan dicek setiap pertemuan.
2. Belajar bersama Belajar bersama di sini maksudnya adalah belajar ilmu kedokteran. Adapun materi yang disampaikan adalah kesepakatan antara murabbi dengan mad’u-nya. Bisa berupa topik-topik khusus kedokteran dasar ataupun materi modul (blok) yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, perlu adanya kesepakatan sebelum dilaksanakan mentoring agar keduanya dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu.
Rekomendasi yang kami sampaikan di atas harus disesuaikan dengan kondisi tiap kelompok, sehingga tidak menjadi harga mati yang harus dilaksanakan. Tetapi hanya sebagai acuan, kalau ada cara yang lebih baik bisa digunakan. Selain cara di atas ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mentoring ini benar-benar dibutuhkan, antara lain :
a. Istiqamah (kontinyu dan konsekuen) Istiqamah, yang kalo diartikan dalam bahasa Inggris bisa bermakna Continue dan Consequent merupakan kunci dari keberhasilan sebuah kegiatan. So, di sini kita dituntut untuk saling mengingatkan, baik itu dari pementor sendiri atau mentor. Kedua elemen ini harus saling bersinergi, agar kegiatan ini bisa berjalan dengan baik.
Seorang pementor/murabbi harus memiliki semangat baja dan jiwa inofatif agar mentor/mad’u-nya tidak merasa bosan dan terus bersemangat. Demikian pula mentor/mad’u harus beristiqamah dalam menuntut ilmu.
Untuk itu dalam setiap kelompok harus punya waktu khusus untuk mengadakan kegiatan ini, minimal seminggu sekali dengan durasi dan waktu yang disepakati besama. Agar semua anggota mempunyai keleluasaan dalam pelaksanaan kegiatan ini.
b. Efektif dan Efisien Dalam penyampaian materi harus efektif waktu, jangan njlimet-njlimet (susah dipahami) pada hal-hal yang tidak penting. Dan sesuai dengan kemampuan dan daya tangkap mad’u/mentor-nya.
Oleh karena itu sebaiknya pementor mempersiapkan diri dengan apa yang akan disampaikan. Kami rasa apa yang ada dalam buku ini masih sangat kurang, sehingga butuh penambahan dari buku-buku induk yang kami cantumkan di setiap akhir topik materi. Agar dalam penyampaian bisa efektif dan efisien.
Ada baiknya juga mengumumkan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan pada mentoring yang akan datang, sehingga mad’u/mentor-nya pun bisa mempersiapkan diri.
c. Ikhlas dan Inovatif Dalam beramal kita dituntut untuk ikhlas. So, dalam menjalankan amanah dikegiatan ini-pun kita harus ikhlas. Tanpa tendensi atau keterpaksaan. Dan bukan ikhlas dengan sekadarnya tetapi ikhlas yang inovatif. Sehingga mentor/mad’u tidak merasa bosan.
(Tulisan telah diperbaharui oleh Divisi Jurnalistik)
Labels: mentoring |
Post a Comment