Jadi mahasiswa? Mungkin ini salah satu impian lama kita. Tapi, ada juga yang mengatakan. ”Jadi mahasiswa? Nggak kebayang dech! Untuk makan aja sulit”
Secara garis besar, mahasiswa hampir tak ada bedanya dengan pelajar laen. Podo wae’ karo cah sekolah. Cuma, kalau dulu waktu menempuh S3 (SD, SMP, SMA) nama tempat belajarnya disebut sekolahan. Nah kali ini berubah menjadi kampus (bisa kampus, universitas, akademi, sekolah tinggi ato istilah lain-nya). Tapi, hal-hal substansial lain masih sama.
Terus apa bedanya donk?
Bedanya, kalau sudah jadi mahasiswa nggak usah pakai seragam lagi. Kecuali kalo kuliah disekolah kedinasan/militer. Selain itu, pengajar di sekolah dipanggil guru, sedangkan di kampus dipanggil dosen. Trus cari 5 perbedaan yang lain aja sendiri ya…he…3x
Pada gilirannya, aneka perbedaan itu akan menjadi kultur baru yang harus kita hadapi. Makanya sebelum berjalan terlalu jauh, kita harus nyiapin jurus untuk menghadapi kultur itu. Tapi jangan lupa untuk terus bersyukur kepada Allah yang meberikan nikmat kepada kita untuk bisa mencicipi bangku kuliah (kayak makanan aja). Banyak lho yang nggak bisa menikmati bangku kuliah.
Nah.... kita sebagai senior yang udah kuliah lebih lama dari kalian (lebih lama bukan berarti lebih baik lho). Mencoba nyusun jurus yang bisa temen-temen gunain untuk menghadapi kultur baru itu. Sok banget yah....
Jurus Satu : BUMBATA alias Buka Mata Buka Telinga Maksudnya liat dengan seksama apa yang ada disekeliling kita. Bukannya melihat apa adanya, tapi melihat apa yang ada di balik semua itu.
Jangan mudah kagum dengan apa yang ada, misalnya liat gedung kampus yang bertingkat (kali aja sekolahnya nggak setinggi itu) trus kita jadi keder, liat aneka macam merk mobil yang terpakir di depan kampus, semakin menjadi-jadi kedernya (boro-boro bawa mobil, motor aja ga punya), tapi keliatannya kalo anak kedokteran nggak gitu dech. Ueh... kata ciapa?
Trus banyak bertanya pada para senior, tapi jangan nanya melulu ntar kesanya kita bawel ato reseh ato yang lebih menyakitkan lagi kita dibilang kurawa (kurang wawasan). So kumpulin referensi sebanyak-banyaknya dan tanyakan pada senior hal yang nggak mudeng. Sekalian luangin waktu buat liat-liat lingkungan sekitar kampus.
Jurus Dua : IKEKUBELU alias Ikut Kegiatan Kuliah & Belajar Diluar Setelah kita tahu kondisi kampus kita, jangan sampai kita terlena dengan kebebasan yang ada. Hampir 12 taon (kepotong libur dll) kita diatur, baik di rumah maupun di sekolah, kemudian setelah kuliah, merasa udah gede, tinggal jauh dari ortu, kita gunakan kebebasan itu seenaknya. Gak ikut kuliah, SGD, praktikum, skill lab trus di luar banyak maen. Wah........ bakalan ditanya minta lulus berapa taon? Cos kuliah tu beda ma sekolah. Semua tergantung dari keaktifan kita. Sok pengalaman yah...!
Walo kadang sepele tapi dengan mengikuti semua kegiatan kuliah (SGD, kuliah, integrasi, skill lab, praktikum) kita bisa belajar dengan lebih mudah daripada harus mempelajari sendiri di rumah/kos. Tapi inget tetep harus belajar juga diluar jam kuliah, minimal ya sebelum tidur.
Jurus Tiga : GAYAKON alias Gaul yang Konservatif Sebagai anak kuliah kita harus punya pergaulan yang luas (bukannya bebas) dan dikenal banyak orang. Maksudnya bukannya supaya terkenal satu kampus (sok artis banget siiiih), tapi dikenal dan mampu mengenal mahasiswa laen (dalam kategori positif lho). Harapannya sih dikenal sebagai anak yang baik n pinter, dan mengenal mahasiswa yang .....?? ex asisten lah...! he-he cuma becanda.
Tetep juga perlu diinget dalam bergaul jangan kelewat batas, gaul yang bisa menjaga batasan (konservatif).
Kenapa sich harus bergaul?? Cos dengan bergaul wawasan kita menjadi luas. Selain itu dengan mengenal banyak orang, jika kita mendapat kesulitan ada yang nolong dan juga semakin banyak teman maka makin banyak pula kesempatan kita untuk nolong orang laen, so banyak ladang ibadahnya dong. Gayanya sok suci yach...
Jurus Empat : CILIKON alias Ciptakan Lingkungan yang Kondusif Dalam menjalani rutinitas sehari-hari, sering kali kita terlena. Dan terseret pengaruh lingkungan yang buruk. Oleh karena itu, ciptakanlah lingkungan yang kondusif untuk belajar dan menjaga keimanan kita. Lingkungan yang mengingatkan kita disaat malas dan mengingatkan kita ketika kita mulai melupakan-Nya.
Kalo di FK Unissula, mana lagi kalo bukan di BAI.
(Tulisan telah diperbaharui oleh Divisi Jurnalistik)
Post a Comment