Runtuhnya Khilafah Islamiyah dan konspirasi dari para penjajah telah membuat kondisi lingkungan kita yang kian lama membuat makin jauh dari Allah, aqidah makin terpuruk, muncul aliran-aliran sesat yang dilindungi oleh para pejuang HAM, paham-paham asing dilindungi para pejuang pluralisme, bahkan semangat nasionalisme yang merupakan salah satu awal penyebab dari kehancuran Khilafah Islamiyah saat ini diperjuangkan mati-matian oleh para pemuda yang mengaku beragama Islam. Tidak sedikit mahasiswa meneriakkan nasionalisme, padahal faham itulah yang berhasil memporakporandakan dan menyebabkan kebid’ahan terbesar sepanjang sejarah Islam dengan runtuhnya Khilafah Islamiyah pada tahun 1924M/1342H.
Dengan runtuhnya Khilafah Islamiyah itulah kaum muslimin memulai membangun negara di negerinya masing-masing dengan menjadikan nasionalisme sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal Islam mengharamkan nasionalisme karena nasionalisme bertentangan dengan prinsip kesatuan umat yang diwajibkan oleh Islam. Kesatuan umat Islam wajib didasarkan pada ikatan aqidah, bukan ikatan kebangsaan / nasionalisme. Umat muslim itu bagai satu tubuh. Bila ada satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakitnya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara.” (QS. al-Hujuraat: 10).
Tidak hanya nasionalisme yang diperjuangkan mati-matian di negeri ini. Beberapa pergerakan mahasiswa saat ini yang mengatasnamakan Islam justru mengadopsi dan ikut mempromosikan ide-ide pluralisme. Pluralisme merupakan paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Mereka menggunakan dalil firman Allah SWT yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah” (QS. al-Hujurat : 13) sebagai pembenaran atas paham mereka. Padahal ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku dan bangsa serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas), namun tidak mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme).
Para pejuang pluralisme menganggap bahwa konflik antar agama dikarenakan oleh keyakinan para pemeluk agama yang meyakini bahwa agamanyalah yang paling benar dan selamat. Menurut mereka, konflik akan berakhir jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar. Padahal Allah berfirman, “Sesungguhnya agama yang diridhai Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19).
Begitu juga dengan sistem demokrasi. Tidak sedikit mahasiswa muslim mengadopsi sistem demokrasi. Banyak diantara organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa melakukan pemilihan ketua umum ditetapkan dengan cara menghitung suara mayoritas. Ini adalah pembelajaran sistem demokrasi di kampus-kampus pada zaman ini. Demokrasi diharamkan dalam Islam karena dalam sistem demokrasi kedaulatan ada di tangan manusia, bukan di tangan Allah SWT. Atas nama kebebasan, sistem demokrasi telah membuat manusia, melalui wakil-wakilnya di lembaga legislatif bertindak sebagai tuhan, yang merasa berwenang menetapkan hukum sesuai dengan keinginan mereka. Kredo demokrasi mengatakan, “suara rakyat adalah suara tuhan (vox populei vox dei)”. Allah SWT berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam” (QS. At-Taubah: 31). Rasulullah SAW bersabda, “Mereka memang tidak menyembah para alim dan para rahib mereka. Namun jika para alim dan para rahib mereka menghalalkan sesuatu, mereka pun menghalalkannya. Jika para alim dan rahib mengharamkan sesuatu, mereka pun mengharamkannya” (HR. Tirmidzi). Hal ini sama persis dengan kejadian saat ini. Suara mayoritas menjadi penentu kebenaran, betapa pun buruknya sebuah keputusan atau pemikiran. Ketika sudah didukung suara mayoritas, maka keputusan atau pemikiran itu seakan telah menjadi benar.
Apa yang seharusnya dilakukan mahasiswa muslim?
Mahasiswa adalah kumpulan orang-orang yang berakal. Mahasiswa yang akan merubah peradaban adalah mahasiswa yang berakal, bertaqwa dan menguasai Iptek. “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal” (QS. al-Baqarah : 197).
Mahasiswa yang berakal dan bertaqwa adalah mahasiswa yang menjadikan Halal-Haram sebagai tolak ukur dalam mengambil keputusan, menjadikan syariah Islam sebagai standar perilaku kehidupan. Bukan mahasiswa yang membebek dan diam ketika melihat kemungkaran. Bukan pula mahasiswa yang mengadopsi ideologi asing seperti nasionalisme, pluralisme, demokrasi, dan lain sebagainya. Salah satu peran penting mahasiswa muslim adalah mahasiswa yang tahu bahwa umat Islam telah menjadi boneka dan selalu mendapat posisi sebagai pemain antagonis di pentas dunia, mahasiswa yang tahu kelicikan imperialis dibawah pimpinan AS dan mahasiswa yang mengetahui konspirasi orang-orang gila dalam mengusung ideologi-ideologi asing itu guna merusak aqidah umat. Ingatlah pesan Ar-Rahman dalam surat cinta-Nya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kalian hingga kalian mengikuti agama mereka”. (QS. al-Baqarah: 120)
Zaman terbaik ialah pada zaman Shalafus Shalih. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah generasiku (shahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabiut tabi’in).” (Shahih Bukhari, dari Shahabat Imran bin Husain)
Mahasiswa terbaik adalah mahasiswa yang hidup berjamah dalam organisasi dakwah. Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran : 104)
Siap menjadi mahasiswa yang beda?!!
Bergeraklah dan revolusi negeri ini menjadi negeri beradab yang menjadikan Islam sebagai tolak ukur dalam setiap aktivitas perbuatannya. Mulai dari diri sendiri, dari keluarga, masyarakat dan negara. Semoga pergerakan ini menjadi investasi yang sangat menguntungkan demi kemajuan negeri dan turut andil dalam perannya menjemput janji Rasul akan tegaknya Khilafah Islamiyah periode ke-2 di dunia. Rasulullah mengabarkan bahwa akan ada (1) Zaman kenabian, kemudian (2) Zaman Khilafah, lalu (3) Penguasa yang dzalim, kemudian (4) Penguasa diktator dan akan ada (5) Khilafah Islamiyah yang mengikuti manhaj kenabian. Terimalah tawaran kami untuk menghadapi tantangan mendapatkan voucher menginap di surga tanpa batas!
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah. Lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 111). [Y-A]
Post a Comment